PERADABAN JAWA KUNO: SELAYANG PANDANG
Peradaban Jawa Kuno pastilah pernah berlangsung di pulau Jawa walaupun pengaruh atau penyebarannya pernah sampai ke luar Jawa. Pengaruh Jawa atas wilayah luar Jawa sering juga disebut sebagai "jawanisasi". Dalam konteks Bali Kuno, jawanisasi sangat terasa, yaitu ketika Bali diperintah oleh raja-raja keturunan raja asal Jawa atau yang ditugaskan di Bali. Jawanisasi nampak menguat pada masa pemerintahan raja Udayana dengan permaisurinya Mahendradatta alias Gunapriyadharmapatni. Pengaruh Jawa atas Bali semakin terasa ketika Krsnakepakisan asal Majapahit memerintah Bali. Krsnakepakisan adalah seorang Brahmana yang sengaja ditugaskan di Bali oleh Hayam Wuruk (Majapahit) untuk menentramkan Bali karena banyak terjadi pergolakan. Namun, kita sering kurang jelas: Apa yang dimaksud 'Jawa Kuno'? Kapan periodasasi Jawa Kuno ini dimulai dan kapan berakhir? Adakah karakter umum peradaban Jawa Kuno ini? Persoalan ini penting dipahami untuk menempatkan persoalan kebudayaan Jawa dalam perspektif sejarah kebudayaan Indonesia yang benar.
Istilah 'Jawa' berkaitan dengan dua segi:
"Budaya dan geografi. Secara budaya, istilah 'Jawa' mengacu kepada sekelompok manusia yang memiliki ciri-ciri budaya tertentu yang membedakannya dari masyarakat lain. Pemahaman batas wilayah budaya ini didasarkan atas asumsi bahwa masyarakat pendukungnya pernah memiliki pengalaman sejarah yang sama pada masa lalu. Pengalaman yang sama itu nampak dalam dua hal, yakni digunakannya bahasa Jawa Kuno sebagai bahasa resmi di wilayah tersebut dan dianutnya Hindu dan Buddha sebagai kepercayaan utama. Penggunaan bahasa yang sama, tentunya, mencerminkan bahwa pendukungnya berasal dari kelompok etnik yang sama. Sedangkan penganutan agama Hindu dan Buddha, tentunya, dikarenakan pendukung kebudayaan Jawa tersebut pernah mendapat pengaruh kuat dari kedua agama yang berasal dari luar Jawa itu".
EmoticonEmoticon