PERTEMPURAN KARANGSAMBUNG KEBUMEN (2)
Kondisi yang kelelahan dan kalahnya persenjataan menjadikan pasukan Panjer dapat dipukul mundur oleh bala bantuan Belanda tersebut. Pasukan Senopati Gamawijaya dan KH. Imanadi mundur dari Kaligending ke utara bergabung dengan pasukan Ki Hajar Welaran. Di Selaranda, demang Mertakanda yang menaiki kuda terkena panah beracun. Ia kemudian dibawa kembali ke Pendopo Agung Panjer oleh pasukan Arungbinang IV. Sebelum sampai di sana, tepatnya di sebelah Gunung Pogok, Demang Mertakanda jatuh dari kudanya. Tidak lama kemudian meninggal. Jenazahnya dibawa ke Pendopo Agung Panjer.
Pasukan Banaspati Jayamenggala mundur bergabung dengan pasukan Sigaluh. Bala bantuan Belanda yang terus berdatangan menggempur pasukan Panjer Gunung dan Sigaluh. Pertempuran siang dan malam terus berlanjut.
Pada suatu pagi tersiar kabar bahwa Mayor Verburg meninggal dengan kondisi badannya tertembus beberapa anak panah prajurit Panjer. Belanda dan Arungbinang IV sangat marah. Dikerahkanlah pasukan gabungan secara besar – besaran menyerbu desa Jemur, lalu menuju Cemara Sewu dan memotong ke timur menuju desa Clapar.
Pasukan Belanda dari sisi Barat terus menjepit pasukan Panjer. Pertempuran sengit terjadi hingga terjadi perang satu lawan satu. Di lokasi tersebut, Senopati Sigaluh, Ki Kertadrana luka parah akibat tertembak oleh Belanda. Ia dilarikan oleh prajurit Sigaluh ke tempat persembunyian di Gunung Paras. Keesokan harinya ia dibawa menuju Cemara Sewu. Dalam perjalanan ia meninggal karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Jenazah Ki Kertadrana dimakamkan di bawah pohon Beringin di gunung Pakoh.Pasukan Panjer di Clapar yang dipimpin Ki Hajar Welaran dan Ki Endang Kertawangsa mundur naik ke gunung Paras dan bertahan di sana. Ki Endang Kertawangsa diam – diam menuju ke markas Baniara yang ternyata pada saat itu sedang diserang Belanda. Dia kemudian meneruskan perjalannya ke Gagak Bening untuk menghimpun kekuatan. Desa Clapar telah dikuasai Belanda. Ki Hajar Welaran bertahan di gunung Paras. Komunikasi yang terputus mengakibatkan inisiatif masing – masing pimpinan untuk bergerilya sendiri – sendiri.
Senopati Gamawijaya dan pasukannya mundur dari Kaligending sampai ke pegunungan Wanasara dan Karangsari. Ia bergerilya sampai ke kota. Banaspati Jayamenggala dan pasukannya dari Jemur mundur ke barat naik pegunungan menelusuri setapak sampai ke Kebagoran, Pejagoan, kedawung dan Legok. Setiap malam mereka menyebrangi kali Luk Ula dan bergerilya membakari pos – pos dan rumah kediaman para antek Belanda di sekitar Pendopo Agung Panjer. Strategi gerilya pun dilakukan. Padepokan kecil tersembunyi sebagai tempat berkumpul para gerilyawan Panjer di sebelah timur sungai Luk Ula adalah tempat terdekat dari Pendopo Agung Panjer. Mereka bergerilya juga sampai ke Ambal, Bocor, dan Petanahan, membakar rumah para Demang pengikut Belanda. Gerilya Banaspati Jayamenggala di Wirayudan juga membuat panik Belanda dan Arungbinang IV.Keadaan peperangan yang berlarut di Panjer membuat Gubernur Jenderal Graff Van den Bosch dan Jenderal De Kock memerintahkan untuk mengadakan perundingan. Perundingan diadakan di Pendopo Agung Panjer. Perundingan hanya dihadiri oleh Ki Kartanegara I (Adipati Karanganyar). Tokoh – tokoh Panjer tidak mau menghadiri, waspada dengan kelicikan Belanda .Pertempuran Gerilya tetap diteruskan oleh tokoh – tokoh Panjer di Karangsambung.
Atas perintah Gubernur Jenderal Graff Van Den Bosch dengan pertimbangan peperangan yang tetap berlangsung meski Pendopo Panjer telah dikuasai telah memakan biaya yang cukup besar, maka Belanda yang sudah satu tahun menduduki Pendopo Agung Panjer pun kemudian membumihanguskan tempat tersebut dan menyerahkan ketataprajaan Panjer kepada Arungbinang IV. Kotaraja dan Pendopo Panjer lama dipindah ke tempat yang baru (di daerah yang sekarang menjadi Pendopo Kebupaten Kebumen beserta alun – alunnya).Gerilyapun berakhir dengan tertangkapnya tokoh – tokoh tersebut. Senopati Jayamenggala tertangkap di sebelah timur kali Luk Ula . Dia kemudian digantung di pohon beringin kurung di tengah alun – alun baru. Jenazahnya dikuburkan di sebelah timur laut beringin kurung. KH. Imanadi tertangkap di Ayam Putih, setelah berenang dari Kali Gending saat dikepung oleh Belanda.KH. Imanadi yang menepi di tepian sungai Luk Ula wilayah selatan pun kemudian tertangkap dan di penjara. Beliau kemudian dikeluarkan oleh Arungbinang IV dan dijadikan Pengulu Landrat Kebumen yang pertama. Saat itulah Beliau mendirikan Masjid Kauman kebumen. Kyai Welaran juga wafat dalam pertempuran di Karangsambung dan dimakamkan di pucuk gunung Paras di bawah pohon Jati. Sedangkan Senopati Gamawijaya tertangkap oleh kolektur Mangunprawira dan ditembak mati di daerah Bocor. Jenazahnya dimakamkan langsung ditempat tesebut.Pertempuran berakhir secara keseluruhan pada tahun 1832. Secara resmi Arungbinang IV mulai memerintah kabupaten Panjer pada tahun tersebut serta mengubah nama kabupaten Panjer menjadi Kebumen.
EmoticonEmoticon