ASAL USUL DESA NGROTO
VERSI I
Ngroto, Bukan sekedar kata yang tanpa makna. Ngroto bisa berarti daerah yang rata,”merata”. Dalam tutur sejarah desa yang diriwayatkan secara turun temurun, dikisahkan Pada saat dulu kala ketika daerah Ngroto dan sekitarnya masih berupa hutan belantara yang belum berpenduduk, datanglah Nyai Ragil ke tempat ini dan kemudian membuka lahan yang ditumbuhi bermacam tumbuhan untuk dijadikan tempat tinggal. Setelah melihat kontur tanah yang sebelumnya penuh pohon dan tumbuhan menjadi daerah yang rata, datar, dan nampak berbeda dengan yang terlihat disebelah selatan daerah ini berupa jajaran gundukan bukit kapur, Nyai Ragil kemudian menamakan daerah ini sebagai Ngroto.
VERSI II
di Persia dulu terdapat keluarga Nyi Syamsiyah yang telah lama ditinggal suaminya pergi ke tanah Jawa. Nyi Syamsiyah mempunyai putra bernama Abdurrahman. Setelah dewasa, Abdurrahman mengajak ibunya mencari ayahnya ke tanah Jawa. Sesampainya di Jawa beliau dan Ibunya berguru pada Kanjeng Sunan Kalijaga. Setelah beberapa tahun nyantri kepada Kanjeng Sunan, beliau ingat tujuan beliau datang ke tanah Jawa yaitu untuk mencari ayahnya. Beliau yakin ayahnya masih berada di tanah Jawa. Maka segeralah berpamitan dengan Ibunya dan mohon restu pada Kanjeng Sunan. Kanjeng Sunan Kalijaga menyarankan agar beliau menyisir kali tuntang karena suatu saat ayahnya pasti lewat kali tersebut. Setelah berpamitan, beliau pun menyisir kali tuntang dengan perahu. Sampailah Abdurrahman pada suatu tempat yang di tunjukkan Kanjeng Sunan. Beliau pun turun dan mendirikan gubugan kecil disana yang tak jauh dari perkampungan.
Setelah beberapa tahun tinggal dan ikut berjuang syiar agama di sana, suatu hari dijumpainya seorang Kyai yang terhenti sampannya ketika melewati kali tuntang tersebut. Abdurrahman pun membantunya dan berkenalan. Tak disangka ternyata Kyi tersebut tidak lain adalah ayahnya yang bertahun-tahun beliau cari. Beliau sangat bersyukur dan meminta ayahnya untuk tinggal. Namun karena masih ada tugas yang harus diselesaikan ayahnya pun melanjutkan perjalanan ke Demak. Abdurrahman tetap tinggal dan melanjukan syiar Islam di daerah tersebut. Nyi Syamsiah akhirnya menyusul putranya ikut tinggal di perkampungan tersebut. Lama-lama daerah itu semakin ramai. Karena daerah itu banyak ditumbuhi tanaman glagah dan merata maka daerah tersebut kemudian diberi nama Roto kemudian menjadi Ngroto.
Kyai Abdurrahman mendapat gelar Ganjur
Para Wali Sembilan yang berhasil mendirikan Kesultanan Demak akhirnya membentuk pasukan yang dipimpin Sayyid Abdurrahman dari Desa Ngroto. Sayyid Abdurrahman dipilih oleh Wali Sembilan karena memiliki keterampilan membuat alat musik pukul, sehingga dia diberi gelar Ki Ageng Ganjur (alat musik pukulan di bawah gong dalam perangkat gamelan wayang). Alat musik Ganjur tersebut dipakai sebagai alat komunikasi dengan pasukan-pasukannya dan sarana dakwah.
Wallahu a'lam
EmoticonEmoticon