GUNUNG ARJUNA
Gunung Arjuno atau Gunung Arjuna terletak di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Gunung ini bertipe strato volcano (tidak aktif) dengan ketinggian 3.339 mdpl dan berada dalam satu punggungan dengan gunung Welirang active volcano yang mempunyai ketinggian 3.156 mdpl. Nama Arjuno sendiri berasal dari salah satu tokoh dalam pewayangan Mahabharata, yang terkenal sakti, pandai memanah dan ganteng yaitu Arjuna.
Menurut cerita dalam pewayangan, Gunung Arjuno dahulunya mempunyai ketinggian yang hampir menyentuh langit. Pada suatu saat Arjuno bertapa di puncak gunung ini sekian lamanya. Karena memang beliau suka bertapa untuk memperoleh kesaktian dan pusaka supaya dapat memenangkan perang Baratayudha. Karena pertapaannya itu, tiba-tiba dari dalam tubuhnya mengeluarkan sinar yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Hal ini menimbulkan keresahan di Kahyangan Suralaya. Kawah condrodimuko mendidih dan menyemburkan muntahan lahar. Petir menggelegar dan gunung tempatnya bertapa menjadi terangkat menjulang ke langit.
Para Dewa sangat kuatir, dan kemudian mereka berkumpul mengadakan sidang yang dipimpin oleh Batara Guru. Para Dewa kemudian memutuskan bahwa hanya Batara Narada yang sanggup menyelesaikan masalah. Kemudian diutuslah Batara Narada turun ke Marcapada, mencari titah yang menjadi sumber peristiwa itu. Pada saat ia terbang, berputar-putar di angkasa, dilihatnya Arjuna sedang bertapa di puncak gunung. Berkata Batara Narada, “Cucuku Arjuna, bangunlah dari tapamu. Semua orang bahkan para Dewa akan menjadi celaka bila kau tak menghentikan tapamu.” Arjuna tersentak mendengar panggilan tersebut. Namun dia tidak menggubris hal tersebut, justru dia meneruskan bertapa. Dia berpikir bila dia tidak mau bangun pasti para dewa akan bingung dan pasti akan menghadiahkan banyak senjata dan kesaktian.
Batara Narada gagal membangunkan tapa Arjuna, bingung dan putus asa, Batara Narada segera terbang kembali ke Kahyangan. Sidang berikutnya pun segera digelar untuk mencari solusi bagaimana membangunkan sang Arjuna dari tapanya.
Akhirnya diputuskan untuk menurunkan Batara Ismaya yang menjelma menjadi Semar dan Togog untuk membangunkan tapa Arjuna. Mereka berdua segera bertapa di masing-masing sisi gunung tempat Arjuna bertapa. Setelah bertapa, tubuh mereka berubah menjadi tinggi besar hingga melampaui puncak gunung. Lalu mereka mengeruk bagian bawah gunung itu dan memotongnya. Mereka melemparkan potongan puncak gunung itu ke tempat lain.
Kemudian Arjuna segera terbangun dari tapanya. Dia memperoleh nasehat dari Semar bahwa tindakannya itu tidak benar. Gunung tempat Arjuna bertapa itu diberi nama Gunung Arjuna. Potongan gunung yang di lempar diberi nama Gunung Wukir.
Jalur Pendakian Gunung Arjuno dan Gunung Welirang
Gunung Arjuna dengan ketinggian 3.339 mdpl, sejak jaman Majapahit sudah dijadikan tempat pemujaan. Seperti halnya gunung penanggungan yang terletak tidak begitu jauh dari gunung arjuna ini, keduanya banyak memiliki peninggalan sejarah berupa bangunan pemujaan. Dilereng-lereng gunung Arjuna yang berketinggian 3.339 mdpl tersebut banyak terdapat arca maupun candi peninggalan kerajaan Majapahit. Situs-situs kuno dan bersejarah ini banyak berserakan mulai dari kaki gunung sampai di puncak gunung arjuna Situs-situs Candi dan patung pemujaan peninggalan Jaman Majapahit itu hanya dapat dijumpai di jalur pendakian Purwosari, yakni tepatnya dari desa Tambak watu kec. purwodadi, kab. pasuruan. Suasana angker dan penuh magis masih menaunginya, karena situs-situs tersebut masih sering didatangi para pejiarah untuk bermeditasi dan berdoa, terutama para penganut kejawen, sehingga situs-situs kekunaan di gunung Arjuna ini terawat dan terjaga dengan baik. Terdapat beberapa gunung di sekitar Gunung Welirang-Arjuna diantaranya : Gn. Arjuna (3339 mdpl), Gn. Welirang (3156 mdpl), Gn. Kembar I (3051 mdpl), Gn. Kembar II (3126 mdpl), Gn. Ringgit (2477 mdpl). Gn. Arjuna- Welirang dapat didaki dan berbagai arah; arah Utara (Tretes), dan arah Timur (Lawang / Purwosari) dan dari arah Barat (Batu-Selecta). Ada empat jalur yang biasa ditempuh menuju puncak gunung Arjuno dan gunung Welirang yakni sebagai berikut: 1. Jalur Tretes 2. Jalur Lawang 3. Jalur Purwosari 4. Jalur Batu .
JALUR TRETES
Tretes merupakan tempat Wisata dan Hutan Wisata serta terdapat air terjun yang indah yaitu Air terjun Kakek Bodo. Di Tretes banyak tersedia hotel maupun Losmen, hawanya sejuk dan merupakan tempat peristirahatan yang nyaman. Dan Pos PHPA Tretes kita dapat langsung rnendaki Gunung Welirang dan juga Gunung Arjuno. Setelah berjalan antara 4 – 5 jam ke arah barat daya dari Tretes kita dapat berhenti dan bermalam di pondok tempat orang mencari bijih belerang, disini terdapat air yang cukup melimpah untuk memasak atau mandi, Hampir setiap hari sekitar 20 — 30 orang buruh mencari dan membawa batu belerang ke Tretes. Keesokan paginya pendakian dapat dilanjutkan ke puncak Welirang atau berbelok kita langsung kearah Gunung Arjuno. Perjalanan dari pondok sampai ke puncak Gunung Welirang, akan melewati hutan Cemara yang jalannya berbatu. Setelah berjalan 3 jam kita akan sampai di puncak Gunung Welirang. Di bawah puncak Welirang ada sebuah kawah yang menyemburkan gas belerang. Perjalanan dari Tretes sampai ke puncak Welirang memakan waktu 7 – 8 jam. Bila kita akan melanjutkan penjalanan menuju Gunung Arjuno maka setelah sesampai di puncak Gunung Welirang kita berjalan turun ± 10 menit tepatnya ke arah selatan. Hutan yang dilalui adalah hutan cemara dengan melewati sebuah jurang dan pinggiran Gunung Kembar Idan Gunung Kembar II. Setelah berjalan 6 – 7 jam kita akan sampai di puncak Arjuno. Tetapi sebelumnya kita akan melewati tempat yang dinamakan ;Pasar Dieng ; ketinggiannya hampir sama dengan puncak Gunung Arjuno dan terdapat batu yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Dari sini untuk ke Puncak Gunung Arjuno hanya memakan waktu ± 10 menit. Untuk mencapai Gunung Arjuno dan Gunung Welirang dibutuhkan waktu 5 sampai 6 jam. Puncak Gunung Arjuno anginnya sangat kencang dan suhunya antara 5 - 10 derajat celcius. Disini kita dapat menikmati suatu Panorama yang sangat indah terutama bila malam hari, kita dapat melihat ke bawah, kota - kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Pasuruan. serta laut utara dengan kerlipan lampu - lampu kapal. Puncak G. Arjuno disebut juga dengan Puncak Ogal - Agil atau Puncak Ringgit. Disekitar puncak bisa mendirikan tenda untuk bermalam. Rute turun dapat ke kota Lawang atau ke arah timur dengan melewati Hutan Cemara, Hutan tropis dan perdu. setelah itu kita akan melewati Perkebunan Teh Wonosari bagian utara. Turun ke arah Lawang lebih dekat dan menyingkat waktu daripada kembali ke arah Gunung Welirang / Tretes. Perjalanan turun ke arah Lawang kurang lebih 6 jam.
JALUR LAWANG
Mendaki Gunung Arjuno dari kota Lawang merupakan awal pendakian yang praktis karena kota Lawang mudah sekali kita tempuh baik dan arah Surabaya maupun Malang, selain itu Puncak Gunung Arjuno dapat langsung kita tuju dan arah ini. Bila kita menginginkan mendaki dari kota Lawang, dari arah Surabaya kita naik bus jurusan Malang dan turun di Lawang ( kira - kira 76 Km ) dan bila dari Malang, dari Terminal Arjosari kita naik bus menuju Lawang dengan jarak 18 Km. Dan Lawang kita naik kendaraan umum ( angkutan desa ) menuju desa Wonorejo sejauh 13 km. Pendakian ke puncak dimulai dari desa ini menuju ke Perkebunan Teh desa Wonosari sejauh 3 km. Di sini kita melapor pada petugas PHPA dan juga meminta ijin pendakian, persediaan air kita persiapkan juga di desa terakhir ini. Dari desa Wonosari terus berjalan dan melewati kebun teh Wonosari serta terus naik selama 3 – 4 jam perjalanan kita akan sampai di Oro -Oro Ombo yang merupakan tempat berkemah. Dari Oro - oro Ombo menuju ke puncak dibutuhkan waktu 6 - 7 jam perjalanan dengan melewati hutan lebat yang disebut hutan Lali Jiwo untuk menuju puncak terakhir ini. Setelah kita melewati Hutan Lali Jiwo kita akan melalui padang rumput yang jalannva menanjak ( curam ) sekali. Mendekati puncak, kita akan berjalan melewati batu - batu yang sangat banyak dan menjumpai tanaman yang sangat indah setelah itu kita akan mencapai puncak Gunung Arjuno. Rute pendakian lainnya yaitu dari kota Batu lewat Selecta yang terletak di sebelah Barat Gunung Welirang. Kota Batu merupakan tempat wisata yang memiliki sumber air hangat dari kaki Gunung Welirang dan keadaannva tidak berbeda jauh dengan Tretes. Dari arah Kediri atauMalang untuk menuju Batu kita dapat naik bus / Colt, selanjutnya perjalanan dari Batu menuju Selecta menggunakan Colt ( angkutan pedesaan ). Selecta salah satu tempat wisata yang ada di kota Batu dengan ketinggian 1.200 m dari permukaan laut. Setelah tiba di Selecta kita dapat bermalam haik di Hotel maupun Losmen. Besok paginya dengan colt, kita menuju desa Kebonsari. Di desa ini kita harus menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan ke puncak dan kembalinya. Kita memulai pendakian dengan melewati ladang sayur - sayuran dan jalan setapak menuju ke arah timur laut dan terus naik melewati hutan tropika, dalam perjalanan ini samar - samar akan terlihat puncak Arjuno. Mendaki selama 5 – 6 jam akan mengantarkan kita pada punggungan gunung yang menghubungkan Puncak Gunung Welirang dan Gunung Arjuno, tepatnya sebelah tenggara Gunung Kembar I. Kita masih harus menempuh perjalanan 1 – 2 jam lagi untuk menuju puncak Gunung Welirang ke arah kiri atau Gunung Arjuno ke arah kanan selama 4 – 5 jam.
JALUR PURWOSARI.
Transport Surabaya – Pasar Purwosari dengan bus jarak tempuh 2 jam Pasar Purwosari Desa Tambak Watu Angkot desa warna kuning Rp.3.000,- jarak tempuh 1 jam atau naik ojek dengan ongkos Rp.7.000,-Perijinan Ijin bisa diurus Di desa Tambak Watu dengan membayar Rp.2.000,- per orang di Pos. Pendaftaran yang juga merangkap sebagai warung Dusun Tambak Watu. Pendaki bisa beristirahat transit di rumah Ibu Puji di desa Tambak Watu ini. Dari desa Tambak Watu inilah awal pendakian menapaki jalan setapak menuju puncak Arjuno. Awal pendakian akan melewati hutan pinus yang tertata rapi, sementara di sela - sela pohon pinus tersebut banyak ditanami pohon kopi dan pohon pisang. Suasana tenang, adem, ayem dan wingit mulai terasa begitu memasuki kawasan ini. Jalan Pendakian berupa macadam sampai menemui bak air / tendon air. Desa Tambak Watu – Gua Antaboga : +/- 1jam Gua yang bernama Gua Antaboga. Goa ini berada di bawah tebing batu menghadap utara,dengan kedalaman 1,5 m, lebar 1 m, serta mempunyai ketinggian 1,25 m. Di depan gua terbapat sebuah pondokan yang bisa digunakan para peziarah untuk melepas penat setelah satu setengah jam berjalan menuju goa ini. Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada sebelah kiri arah Puncak Arjuno dijalur pendakian. Gua Antaboga – Petilasan Eyang Abiyasa: +/- 1jam 30 menit Petilasan Eyang Abiyasa Jalan setapak disekitar situs ini ditata rapi dengan semen dan dikiri kanan jalan dibentuk taman - taman yang sangat rapi dan bersih. Terdapat kolam Dewi Kunti konon jika airnya diminum dapat memberikan keluhuran jiwa serta selalu ingat Hyang Kuasa. Di sini juga terdapat beberapa pondokan yang dibangun untuk pejiarah. Sekitar 50 meter agak ke bawah dari kedua petilasan ini terdapat situs Eyang Sekutrem. Petilasan ini dinaungi oleh pohon - pohon besar sehingga dari kejauhan sudah nampak kesan wingit dan angker. Petilasan Eyang sekutrem juga berupa kamar yang tertutup tembok. Lebar bangunan tersebut sekitar 2,5m x 2m. Di dalamnya ada sebuah arca yang terbuat dari batu andezit dengan tinggi sekitar 70 cm. Di petilasan ini selalu dinyalakan hio dan dupa yang menyebarkan bau harum. Eyang Abiyasa – Situs Eyang Sakri: +/- 10 menit Situs Eyang Sakri Petilasan ini berupa cungkup tertutup menghadap ke barat, terbuat dari kayu. Di dalamnya terdapat semacam makam batu yang membujur ke utara selatan. Di sampingnya berdiri sebuah pondok yang terbuat dari ilalang kering yang dapat digunakan untuk beristirahat maupun bermalam. Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada sebelah kiri arah Puncak Arjuno dijalur pendakian. Situs Eyang Saktri – Situs Eyang Semar: +/- 1jam 15menit Situs Eyang Semar ini terkenal paling angker, hindari menginap dilokasi ini, meskipun di sekitar situs ini terdapat tiga buah pondok dan sebuah aula yang dibangun oleh para pejiarah. Situs Eyang Semar-Wahyu Makutarama: +/- 30 menit Wahyu Makutarama Petilasan ini berupa bangunan andesit yang berukuran 7 x 7 m dengan tinggi sekitar 3 meter. Di bangunan batu ini terdapat dua buah Mahkota raja yang berdampingan. Ini merupakan sebuah simbol kebesaran dari seorang raja jaman duhulu. Sumber Air dari bak / tandon air. Wahyu Makutarama – Puncak Sepilar +/- 20 menit Puncak Sepilar Bila dari Sepilar, menuju arah kanan menyusuri satu bukit, sampailah di Candi Wesi. Di sini bisa dilihat tiga arca Pandawa, dahulunya terdapat lima buah patung namun patung Nakula dan Sadewa telah hilang dicuri. Di sebelah kiri bangunan Candi Sepilar bisa dilihat sebuah kuburan, yang menurut cerita merupakan merupakan tempat muksanya Eyang Semar. Di sebelah kanan situs ini di bangun sebuah pondokan oleh para pejiarah untuk menginap. Sekitar 100 meter ke arah kanan terdapat sumber mata air yang disebut sendang drajad. Puncak Sepilar – Candi Manunggale Suci +/- 3 jam Candi Manunggale Suci Candi ini hanyalah sebuah batu yang ditata seperti pondasi yang di atasnya terletak sebuah marmer yang bertuliskan huruf jawa dan di bawahnya lagi tertulis Sura Dira Jaya Diningrat Lebur Dining Pangastuti ( Kejahatan pasti kalah oleh kebaikan ). Dan di bawah tulisan ini tersebutlah namaMaha Resi Agung Prawira Harjana. Orang ini adalah pengikut setia Bung Karno. Candi Manunggale Suci – Puncak Arjuno +/- 5 jam Puncak Gn.Arjuno. Disekitar puncak gunung Arjuno banyak terdapat batu - batu besar yang berserakan, di sebelah utara puncak berupa jurang terjal berbatu-batu yang sangat indah. Sangat disayangkan batu - batu besar di puncak gunung Arjuno ini telah dicemari oleh coretan - coretan tangan - tangan mereka yang mengaku “Pecinta Alam”. Ke arah barat tampak di depan kita gunung Welirang yang selalu mengeluarkan asap, disamping gunung Welirang ke arah Barat Laut tampak gunung penanggungan yang runcing sempurna, dengan puncak yang menyerupai gunung semeru. Kearah timur kita dapat menyaksikan puncak gunung semeru yang sangat menawan. Di sebelah selatan kita berdiri gunung Kawi dan gunung Anjasmoro. Di puncak gunung Arjuno terdapat sebuah batu yang berbentuk singasana ( kursi ) yang sering dikunjungi para pejiarah untuk membakar hio dan dupa. Pada batu ini terdapat gambar cakra dan tulisan jawa yang berarti Maha Kuasa, disinilah tempat bertahta penguasa Alam Gaib gunung Arjuno, Jangan coba - coba untuk duduk atau menginjak batu ini, agar terhindar dari celaka.
JALUR BATU
Jalur pendakian dari arah batu, yang terletak di sebelah barat Gunung Welirang juga merupakan jalur yang menarik dan menyenangkan. Kota Batu, keadannya tidak berbeda jauh dengan jalur tretes, batu merupakan kota wisata memiliki panorama yang menarik. Batu disebut juga Kota Apel, dan mendapatkan julukan Swissnya Jawa, terletak dilembah Gunung Panderman dan lereng Gunung Arjuno. Memiliki kawasan wisata dengan sumber air hangat di Songgoriti. Untuk menuju Batu dari arah Kediri atau Malang kita dapat naik Bus atau kolt, selanjutnya dilanjutkan dengan minibus dari Batu menuju Desa Sumber Brantas lewar Selecta. Kita bias berhenti di Selecta, yang juga merupakan kawasan wisata yang ternama, terletak pada ketinggian 1.200 mdpl, udara yang sejuk dan tersediasarana wisata yang menyenangkan, kolam renang dan taman bunga, juga pasar buah dan sayur yang segar. Di Selecta banyak tersedia hotel maupun losmen dimana kita sapat bermalam. Di Desa Sumber Brantas (1.600 mdpl) terdapat mata air yang merupakan sumber dari Sungai Brantas yang mengalir ratusan kilometer, yang merupakan daerah lahan perhutani di Jawa Timur. Mata air ini kita harus menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan kepuncak. Dari Sumber Brantas mengikuti jalan aspal kearah Pacet-Mojokerto sejauh 8 Km, dan kita akan sampai di Cagar Alam yang merupakan kawasan Taman Hutan Rakyat Suryo yang sedang dikembangkan fasilitasnya, untuk menikmati mandi air panas alami dari kaki Gunung Welirang. Di Desa Sumber Brantas kendaraan umum bias menurunkan kita di pos KSDA tetapi kita bias minta turun dengan perjanjian di ujung desa. Sebelum pendakian kita harus mendaftar kepada Petugas KSDA. Dari ujung desa kita memulai pendakian selama dua jam denngan melewati jalan berbatu yang menanjak dan lading sayur kea rah timur laut, sampai ke tepi Hutan Lali Jiwo sebelah barat. Dalam perjalanan ini samar-samar akan terlihat puncak arjuno. Untuk menyingkat waktu perjalanan kita bias juga menyewa sebuah Jeep di desa Sumber brantas ini untuk mengantarkan kita sampai akhir kebun sayur di tepi hutan. Setelah pendakian selama empat jam melintasi hutan tropis yang lebat, kita akan sampai di punggungan gunung yang menghubungkan puncak gunung welirang dan gunung arjuno, tepatnya sebelah tenggara gunung kembar I. disini terdapat persimpangan kearah kiri untuk menuju gunung welirang perjalanan selama 2-3 jam dan kearah kanan menuju gunung arjuno perjalanan selama 4-5 jam. Perjalanan mendekati puncak Gunung welirang di lereng sebelah barat, kita akan dimanjakan dengan padang edelweiss, di sepanjang perjalanan kita akan sering menjumpai Rusa, Kijang, Tupai, Lutung. -
(Sumber: blog.catatanhariankeong)
Misteri Di Gunung Arjuno ( boleh percaya boleh tidak )
Gunung Arjuno atau Arjuna yang berketinggian 3.339 Mdpl terletak di Malang Jawa Timur. Di gunung ini banyak di temukan petilasan - petilasan bekas Kerajaan Majapahit selain berbagai lokasi obyek wisata seperti air terjun.
Akan tetapi, konon untuk mendaki Gunung Arjuno tersebut harus berhati - hati, karena menurut cerita masyarakat setempat, banyak pendaki yang tersesat dan tidak bisa pulang kembali. Dan berikut ini 5 misteri di Gunung Arjuno.
1. Petilasan
Di Gunung Arjuno terdapat banyak situs - situs petilasan peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singasari. Beberapa petilasan tersebut yaitu, petilasan Eyang Antaboga, Eyang Abiyasa, Ayang Sekutrem, Eyang Sakri, Eyang Semar, Eyang Sri Makutharama dan petilasan Sepilar.
Namun menurut mitos yang beredar, petilasan - petilasan tersebut dijaga oleh Bambang Wisanggeni yang merupakan anak dari Arjuna dengan Bathari Dresanala. Petilasan - petilasan tersebut digunakan orang zaman dahulu untuk melakukan pertapaan.
Masyarakat percaya, orang yang melakukan pertapaan tersebut muksa ( menghilang dengan jasadnya ). Orang - orang muksa tersebut dipercaya masih berada di tempat tersebut dan menjaga tempat tersebut hingga waktu yang tidak diketahui.
2. Alas Lali Jiwo
Sebelum mencapai puncak Gunung Arjuno, terdapat tempat yang disebut oleh masyarakat sebagai Alas Lali Jiwo atau berarti hutan lupa diri. Menurut kepercayaan setempat, orang yang mempunyai niat jahat, jika melewati daerah tersebut akan tersesat dan lupa diri.
Menurut ahli spiritual, daerah tersebut memang banyak dihuni oleh para jin. Para pendaki kadang mendengar suara gamelan dan kemudian menghilang. Konon pendaki tersebut dibawa untuk dikawinkan dengan bangsa jin daerah tersebut.
Menurut mitos, para pendaki juga tidak boleh melanggar beberapa larangan, seperti pendaki tidak boleh berjumlah ganjil, tidak boleh memakai baju merah ( warna merah dominan ), dan tidak merusak situs - situs petilasan Kerajaan Majapahit yang tersebar di area pendakian Gunung Arjuna tersebut.
3. Arjuna
Konon, Arjuna pernah melakukan pertapaan di sebuah gunung dengan sangat khusyuk semala berbulan - bulan. Kemudian tubuhnya mengeluarkan sinar dan memiliki kekuatan yang luar biasa, hingga membuat Kahyangan kacau.
Kawah Condrodimuko menyemburkan laharnya, Bumi berguncang, petir menggelegar di siang hari, hujan turun dan menimbulkan banjir, dan gunung tempat Arjuna bertapa terangkat ke langit. Para Dewa yang khawatir, maka melakukan tindakan untuk menghentikan pertapaan dari Arjuna tersebut.
Kemudian Batara Ismaya diturunkan ke Bumi dengan menjelma menjadi Semar. Dengan kesaktiannya, Semar memotong puncak gunung tempat Arjuna bertapa dan melemparkannya ke tempat lain. Kemudian Arjuna terbangun dari pertapaannya dan mendapat nasehat dari Semar untuk tidak melakukan pertapaan lagi. Kemudian tempat pertapaan tersebut disebut Gunung Arjuna, dan potongannya diberi nama Gunung Wukir.
4. Pasar Dieng
Di wilayah pendakian menuju puncak Gunung Arjuno, dipercaya terdapat Pasar Dieng atau biasa disebut pasar hantu. Di areal Pasar Dieng tersebut terdapat makam para pendaki yang pernah meninggal di tempat tersebut. Wilayahnya yang datar dan luas merupakan areal yang cocok dijadikan sebuah pasar.
Konon, pernah ada pendaki yang membuka tenda di wilayah Pasar Dieng tersebut untuk bermalam sebelum menuju puncak. Pada malam hari, ia dikejutkan dengan suasana ramai di luar tendanya, dan ia melihat sebuah pasar yang sangat ramai.
Pendaki tersebut dikabarkan berkeliling pasar dan membeli sebuah jaket. Kemudian ia kembali ke tenda, dan besok pagi ketika ia bangun; wilayah sekitar tendanya sepi tidak ada orang satu pun dan tidak ada bekas - bekas pasar. Jaket yang dibelinya masih ada, namun uang kembalian yang diberikan oleh pedagang pasar tersebut berubah menjadi daun.
5. Acara Ngundhuh Mantu
Cerita mistis di Gunung Arjuna memang kerap terdengar dan sudah menjadi bahan pembicaraan masyarakat sekitar, seperti tentang adanya lantunan musik Ngundhuh Mantu. Para pendaki atau penambang belerang kadang mendengar Ngundhuh Mantu, yaitu suara gamelan Jawa untuk acara pernikahan.
Menurut masyarakat, jika mendengar Ngundhuh Mantu maka lebih baik tidak meneruskan pendakian ke puncak Gunung Arjuna tersebut; karena jika memaksa meneruskan pendakian maka si pendaki biasanya akan tersesat dan hilang.
( sumber blog belantaraindonesia )
Ini Penyebab Pendaki Tersesat di Gunung Arjuna & Welirang?
Gunung Welirang
MALANG- Sejumlah pendaki dalam waktu berdekatan hilang di Gunung Arjuna dan Welirang. Apakah yang menyebabkan para pendaki tersebut hilang di gunung yang berada di Jawa Timur itu?
Gunung Arjuna dan Welirang dikenal masyarakat sekitar menyimpan banyak misteri. Di lereng-lereng gunung tersebut juga tersebar puluhan petilasan era kerajaan Majapahit yang berupa candi dan tempat-tempat pemujaan lainnya.
Beragam cerita mistis dari mulut ke mulut hingga saat ini masih sering didengar di kalangan masyarakat sekitar dan para pendaki yang pernah mendaki di gunung tersebut. Mulai dari cerita ngunduh mantu, pasar dieng atau pasar hantu, serta alas lali jiwo tentu tidak asing di telinga pendaki.
Fatkhur, salah satu warga sekitar lereng Gunung Arjuna-Welirang, yang sempat ditemui Okezone beberapa waktu lalu, mengatakan, cerita keangkeran dua gunung tersebut memang sudah muncul sejak lama. Bahkan sejak dirinya masih kecil sudah mendengar cerita mistis tersebut.
Apalagi, katanya, seringnya pendaki hilang dan tersesat ketika mendaki maupun turun juga selalu diiringi dengan beragam cerita yang muncul, baik dari pengakuan mereka maupun temannya.
Seperti halnya cerita ngunduh mantu; istilah ini menurut warga sekitar merupakan kejadian para pendaki, penambang belerang, maupun orang yang mendaki akan mendengar suara gamelan gending-gending pengantin.
"Jika mendengar suara tersebut, lebih baik tidak meneruskan perjalanan dan kembali turun," kata Fatkhur.
Konon, kata Fatkhur, orang yang nekad mendaki setelah mendengar suara gamelan jawa biasanya akan tersesat ketika turun sering hilang karena sudah diambil mantu oleh penguasa Arjuna-Welirang.
Selain itu, di tengah perjalanan menuju puncak gunung tersebut, para pendaki juga bakal melewati alas lali jiwo. Menurut kepercayaan warga sekitar, para pendaki juga bisa tersesat atau semacam terhipnotis ketika melintasi alas tersebut.
Sebelum menuju puncak Arjuna, pendaki juga akan melintas kawasan yang dinamakan Pasar Dieng atau pasar hantu, di mana pada malam-malam tertentu kawasan itu akan ramai seperti pasar malam bagi penghuni gaib.
Tak heran jika kita sering mendengar para pendaki tersesat, hilang, bahkan kesurupan di dekat tempat-tempat tersebut. Namun, terlepas dari beragam cerita mistis tersebut, keberadaan makhluk sejenis Jin dan alam gaib pasti adanya dipercayai selaku muslim.
Namun, lanjutnya, yang paling utama dan perlu diperhatikan sebelum melakukan pendakian adalah persiapan fisik, perlengkapan, dan mental, serta tingkah laku di alam bebas.
“Misalnya jangan suka berbicara kotor atau sembarangan, jangan mengambil, memetik, memotong dahan sembarangan, dan lain-lain,” ceritanya.
Mendakilah dengan rendah hati dan jangan sombong, karena puncak gunung bukanlah untuk ditaklukkan atau dibuat bangga ketika bisa mencapainya, namun sebagai sarana mendekatkan kita kepada penciptanya.
“Selama kita tak bermaksud buruk, maka hal buruk juga tidak akan menghampiri kita,” tuturnya.
( sumber News)
EmoticonEmoticon