Sejarah Bupati Tuban
( Didalanya terdapat Kisah penyerangan Mataram ke Tuban )
SEJARAH BUPATI DI NEGERI TUBAN
1. Bupati ke-1 : Arya Dandang Wacana
Sepeninggalan ayahnya, Arya Dandang Wacana segera melaksanakan wasiat itu. Beliau diikuti oleh para prajurit dan rakyatnya yang setia meninggalkan Lumajang. Mereka bekerja keras membuka hutan Papringan yang membentang dari lereng perbukitan sampai ke pantai utara Pulau Jawa. Setelah berhasil, tempat itu di beri nama Tuban karena didaerah itu banyak ditemukan sumber air. Jadi nama Tuban tersebut berasal dari kata = metubanyu =tubanyu = TUBAN.
Versi lain mengenai kota Tuban ini dapat dilihat dalam buku Hari Jadi Tuban (1986:14) sebagai berikut:
• Tuban berasal dari kata Watu Tiban. Hal ini dikaitkan dengan sebuah cerita bahwa ketika masa kerajaan majapahit berakhir, maka harta kekayaan majapahit dipindahkan ke Demak. Barang-barang yang di pindahkan ke Demak termasuk adalah pusaka yang berbentuk yoni. Guna memindahkannya, maka di percayakan kepada sepasang burung bangau. Sesampai di Tuban, burung-burung tersebut diolok-olok oleh anak-anak yang sedang menggembala. Tampaknya, sepasang burung bangau itu tersinggung dan menjatuhkan barang bawaannya. Daerah tempat jatuhnya batu tersebut kemudian di beri nama Tuban kependekan dari kata wa(tu) ti(ban).
• Menurut kebiasaan masyarakat Tuban yang mudah diarahkan untuk melaksanakan tugas guna membangun negerinya. Sifat-sifat seperti itu dalam bahasa jawa di sebut ” Nges(tu)ake kewaji(ban).”
• Menurut bahasa jawa kawi,Tuban berarti jeram (wojowasito,202)kata jeram dalam bau sastra djawa Indonesia karangan S.Prawiroatmaja diartikan sebagai air lata atau air terjun.
• Menurut pendapat Drs.Soekarto dalam (Hari jadi Tuban,1986:17) kata tuban berasal dari kata Tubo yaitu sejenis tanaman yang bias dibuat racun.hal ini dibuktikan bahwa disebelah barat kota Tuban terdapat daerah yang bernama Jenu. Menurutnya kata Jenu dan Tubo memiliki arti yang tidak jauh berbeda.
Dari hari kehari hutan Papringan yang telah berubah menjadi Tuban itu semakin ramai saja sehingga terbentuklah sebuah kabupaten. Arya Dandang Wacana sendiri menorehkan nama sebagai adipati pertama di Kadipaten Tuban dengan gelar Kyai Agung Papringan.
Setelah menjadi adipati selama 3 tahun kemudian mendirikan pesanggrahan yang sekelilingnya terdapat sungai dan sendang. Lokasi sendang banyak ditumbuhi tumbuhan besar,sehingga udaranya sangat sejuk. Pesanggrahan tersebut diberi nama Bekti.Nama bekti diambil dari kata pangabekti, karena pada waktu Raden Dandang Wacono sedang beristirahat, masyarakat datang berduyun-duyun untuk menunjukkan rasa pengabdian kepada junjungannya (sowan ngabekti). Bekas pesanggrahan tersebut sekarang menjadi Desa Bhektiharjo.
Kyai gedhe Papringan menjadi adipati Tuban selama 30 tahun kemudian meninggal dan dimakamkan di Kali Gunting, Desa Perunggahan,Kecamatan Semanding.
2. Bupati ke-2 : Raden Haryo Ronggolawe
Adipati Tuban pertama, Kyai Gedhe Papringan dikaruniai 2 putri yaitu Nyai Ageng Lanang Jaya dan Nyai Ageng ngesa. Pernikahan antara Nyai Ageng Lanang Jaya dan Arya wiraraja dikaruniai seorang putra Bernama Raden Harya Ronggolawe.
Raden haryo Ranggalawe dilantik sebagai adipati Tuban pada tahun 1215 saka atau 12 November 1293, bersamaan dengan penobatan Raden Wijaya sebagai raja Majapahit. Peristiwa inilah yang dijadikan titik tumpu untuk menetapkan hari jadi kota Tuban.
Sejarah telah mencatat bahwa ketidak puasan Raden Haryo Ronggolawe atas putusan Raden Wijaya yang melantik Nambi sebagai patih amangkubumi memantik terjadinya pertumpahan darah di sungai Tambak beras. Penegakan keadilan dengan cara Raden haryo Ronggolawe tersebut, mengakibatkan ia gugur dimedan perang. Menurut Soewardjan dan Siti Alfiah(1987:18) “ Beliau wafat pada tahun 1217 saka atau 1295 M”.
3. Bupati ke-3 : Raden Sirolawe
Serat Dhamarwulan (HIkayat Tanah Jawa) menerangkan bahwa Raden Haryo Ronggolawe mempunyai 2 putra : 1. Raden Buntaran dan 2. Raden watangan.Padahal di dalam serat Babad Tuban diterangkan bahwa putra ronggolawe hanya semata wayang bernama Raden Sirolawe. Belialah yang menggantikan ayahandanya menjadi adipati Tuban. Mungkin karena etika garis keturunan, Putra tertualah yang berhak menjadi adipati (penguasa).Bisa jadi Raden Buntaran adalah Raden Sirolawe yang menjalankan pemerintahan selama 15 tahun sampai meninggal dunia.
4. Bupati ke-4 : Raden Haryo Sirowenang
Sepeninggalan Raden Sirolawe yang menggantikan sebagai adipati adalah putranya yang bernama Raden Haryo Siriwenang.Lama pemerintahannya selama 43 tahun
5. Bupati ke-5 : Raden Harya Lena
Adipati Tuban yang Ke 5 adalah Raden Haryo Lena, putra Raden Haryo Sirowenang. Lama pemerintahannya sekitar 52 tahun.
6. Bupati ke-6 : Raden Harya Dikara
Raden haryo Dikara menggantikan ayahandanya Raden Haryo Lena. Lama pemerintahannya sekitar 18 tahun. Adipati ke 6 di karuniai 2 orang anak yaitu Raden Ayu haryo Tedjo dan Kyai Ageng Ngraseh.
Raden Ayu Haryo Tedjo di peristri oleh “Syekh Ngabdurrakhman, putra syekh Ngali = Syekh Jalaludin (Kyai Makam Dowo)
7. Bupati ke-7 : Raden Haryo Tedjo
Pengganti Raden Haryo Dikara adalah menantunya(suami Raden Ayu Haryo Tedjo) yaitu syekh Ngabdurrakhman, putra syeh Djalaludin dari Gresik. Setelah menjabat adipati ke-7, Syeh Ngabdurrakhman bergelar Raden Haryo Tedjo. Lama pemerintahannya sekitar 41 tahun.
8. Bupati ke-8 : Raden Haryo wilatekta
Sepeninggalan Raden Haryo Tedjo, penggantinya adalah Raden Haryo Wilatikta. Lama pemerintahanya sekitar 40 tahun. Pada masa pemerintahannya, ada suatu hal yang harus di diskusikan tentang sosok Raden HAryo Wilatikta ini. Suwardjan dan Siti alfiah(1987:19) dengan merujuk keterangan Tome Pires Ketika berkunjung ke Tuban dan menuliskan,”Keluarga rajanya sekalipun beragama islam, sejak pertengahan abad ke-15 tetap mengadakan hubungan baik dengan maharaja Majapahit di pedalaman. Sebagian penduduk tuban pada jaman itu masih kafir, menurut musafir itu, Raja Tuban pada waktu itu disebut Pate vira”. Ia bukan seorang islam yang tat meskipun kakaknya masuk islam.
Raden Haryo Wilatikta dimakamkan di bagian pelataran induk makam Sunan Bonang dan keempat tokoh Tuban yang dianggap dekat dengannya.
9. Bupati ke-9 : Kyai Ageng Ngraseh
Pengganti Raden Haryo Wilatikta adalah menantunya, yaitu Kyai Ageng Ngraseh yang juga adipati ke-6, Raden haryo Dikara. Lama pemerintahannya sekitar 40 tahun.
10. Bupati ke-10 : Kyai Ageng Gegilang
Sepeninggalan Kyai ageng ngraseh jabatan adipati tuban digantikan oleh putranya yang bernama Kyai Ageng Gegilang. Lama pemerintahannya sekitar 38 tahun
11. Bupati ke-11 : Kyai Ageng Batabang
Pengganti Kyai Ageng Gegilang adalah Kyai Ageng Batabang. Lama pemerintahannya sekitar 14 tahun
12. Bupati ke-12 : Raden Haryo Balewot
Adipati Tuban ke-12 adalah putra Kyai Ageng Batabang bernama Raden Haryo Balewot. Beliau dikaruniai 2 putra yaitu pangeran Sekar Tanjung dan pangeran ngangsar. Lama pemerintahannya sekitar 56 tahun.
13. Bupati ke-13 : Pangeran sekar Tanjung
Raden Haryo Balewot kemudian digantikan putra sulungnya bernama Pangeran Sekartandjung. Adipati ke-13 ini mengalami nasib tragis karena meninggal ditangan saudara kandungnya yaitu Pangeran Ngangsar.
Pada waktu Pangeran Sekartandjung sholat jum`at di masjid dalam posisi rukuk Pangeran Sekar tandjung ditikam dari belakang oleh adiknya sendiri yaitu Pangeran Ngangsar. Pangeran dalam mimpinya mendapat wasiat maka dengan senjata keris yang bernama “Kyai Layon” ditikamlah Pangeran Sekartandjung.
Pangeran Sekartandjung menjadi adipati selama 22 tahun. Pangeran Sekartndjung dikaruniai 2 putra yang bernama Pangeran Haryo Pemalat dan Haryo salempe. Namun, pada waktu ayahnya meninggal dunia keduanya masih kecil / masih muda.
14. Bupati ke-14 : Pangeran Ngangsar
Setelah berhasil membunuh saudaranya Pangeran Ngangsar menjadi adipati Tuban yang ke 14. Lama pemerintahannya hanya sekitar 7 tahun.
15. Bupati ke-15 : Pangeran Haryo Permalat
Sepeninggalan Pangeran Ngangsar, penggantinya adalah Pangeran Haryo Permalat. Adipati Tuban yang ke 15 ini adalah menantu Sultan Pajang, Raden Jaka Tingkir. Pangeran. Pangeran Haryo Permalat memang berseteru dengan penguasa mataram yaitu Panembahan Senapati. Selama pemerintahannya, Tuban pernah diserang oleh Mataram yaitu pada tahun 1598 dan 1599. Namun, serangan-serangan Mataram gagal karena Tuban pada waktu itu mempunyai pertahanan yang kuat.
Lama pemerintahannya sekitar 38 tahun. Beliau mempunyai seorang putra yaitu Pangeran Dalem.
16. Bupati ke-16 : Haryo Salempe
Ketika Pangeran Haryo Pemalat mangkat, yang menggantikannya adalah haryo salempe yang juga putra adipati ke 13. Hal ini disebabkan karena pangeran Dalem masih kecil. Lama pemerintahannya sekitar 38 tahun.
17. Bupati ke-17 : Pangeran Dalem
Berakhirnya pemerintahan Adipati Haryo Salempe, yang menggantikannya Pangeran Dalem. Pada tahun 1619, Tuban diserang oleh Mataram. Terjadi pertempuran sengit yang mengakibatkan benteng kumbakarna jatuh ditangan musuh. Siasat penyusupan kekuatan mataram kedalam tubuh pemerintahan Tuban berbuah kemenangan Mataram atas Tuban. Hal ini mengakibat kan Pangeran Dalem jatuh ke Bawean.
Sepeninggal istrinya, Pangeran Dalem menuju ke Rajekwesi, Bojonegoro sampai mangkat dan dimakamkan dikadipaten Bojonegoro. MENGAPA Pangeran Dalem menuju ke Bojonegoro yang begitu dekat dengan Tuban? Ternyata salah satu alasan yang masuk akal adalah karena Pangran Dalem mempunyai saudara yang bernama R.Ayu Djamus yang sangat pengaruh di Bandander, Bojonegoro.
Makam Buyut Dalem berada didalam sebuah cungkup yang terawat dengan baik. Namun, disamping makam utama tersebut bersemayam pula tokoh wanita pujaan hati Buyut Dalem bernama Srihuning yang mendapat julukan mutika Tuban karena semangatnya “ labuh tresna sabaya pati”.
Bersumber dari keterangan pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Bojonegoro dan 2 juru kunci makam Buyut Dalem, “Dimakam ini selalu diadakan sedekah bumi yaitu jatuh pada setiap hari rabu wage, bulan September. Kegiatan ritual ini diawali pada hari Rabu pahing dengan “mayu alang-alang” yaitu mengganti atap cungkup yang terbuat dari alang-alang. Selain itu juga dilakukan penggantian pasir yang ada di makam.”
18. Bupati ke-18 Pangeran Podjok
Terusirnya pangeran Dalem dari singgasana Adipati Tuban menandakan pergantian garis keturunan Penguasa Tuban yakni dari garis keturunan Kyai Ageng Papringan ke tangan garis Mataram. Yaitu pangeran Podjok
19. Bupati ke-19 : Pangeran Anom
Setelah Pangeran Podjok meninggal, yang menggantikan adalah adiknya yang bernama Pangeran Anom. Lama pemerintahannya sekitar 12 tahun. Beliau diberhentikan Sultan agung Mataram menjadi adipati Tuban. Menurut R.Soeparmo (1972:84) di Kabupaten Tuban untuk sementara jabatan bupati ditiadakan. Konsekuensinya Tuban diberikan semacam perwakilan yang disebut dengan “umbul” (setingkat Kademangan) sebanyak 4 orang yaitu:
1. Umbul Wongsoprodjo di tempatkan di Jenu
2. Umbul Wongsohito ditempatakan di palang
3. Umbul Wongsotjokro yang ditempatkan di Rengel
4. Umbul Jodoputro ditempatkan di singgahan
20. Bupati ke-20 : Aryo Balabar
Adipati Tuban yang ke20 adalah Aryo Balabar atau Aryo Blender yang juga berasal dari keturunan Mataram. Lama pemerintahannya sekitar 39 tahun. Salah satu yang dilakukan pada memerintah Tuban adalah membuat masjid yang berada disebelah Barat makam Sunan Bonang.
21. Bupati ke-13 : Pangeran Sudjonopuro
Setelah Pangeran Balabar mangkat, penggantinya adalanh Pangeran Soedjonopuro yang semula menjabat bupati japanan (Mojokerto). Lama pemerintahannya 10 tahun sampai beliau wafat.
22. Bupati ke-22 : Pangeran Joedonegoro
Pengganti Pangeran Soedjonopuro yaitu pangeran Joedonegoro, lama pemerintahannya. Sekitar 15 tahun.
23. Bupati ke-23 : Raden Aryo Surodiningrat
Pangeran Joedonegoro setelah wafat yang menggantikan sebagai bupati adalah Raden Aryo Srodiningrat yang berasal dari pekalongan. Lama pemerintahanya 12 tahun.
24. Bupati ke-24 : Raden Aryo Diposono
Pengganti Raden Aryo Surodiningrat adalah Raden Aryo Diposono, karena beliau wafat dalam peperangan. Lama pemerintahannya sekitar 16 tahun.
25. Bupati ke-25 : Kyai Reksonegoro
Jabatan selanjutnya digantikan Oleh Kyai Reksonegoro. Setelah menjabat adipati bergelar kyai Tumenggung Tjokronegoro. Lama Pemerintahannya adalah 47 tahun.
26. Bupati ke-26 : Kyai Purwonegoro
Selanjutnya digantikan oleh Kyai poerwonegoro. Setelah memrintah 24 tahun, Beliau sakitr dan mengambil cuti. Oleh karena itu, beliau terkenal dengan bupati perpol
27. Bupati ke-27 : Kyai Lieder Soerodinegoro
Lama pemerintahannya adalah 3 tahun
28. Bupati ke-28 : Raden Poerjoadiwidjojo
Lama pemerintahannya adalah 12 tahun
29. Bupati ke-29 : Pangeran Tjitrosomo VI (1800-1836)
30. Bupati ke-30 : Pangeran Tjitrosomo VII (1836-1842)
31. Bupati ke-30 : Pangeran Tjitrosomo VIII (1842)
Setelah Pangeran Tjitrosomo VII mangkat, penggantinya adalah Pangeran Tjitrosomo VIII
32. Bupati ke-30 : Pangeran Tjitrosomo IX (1879-1892)
33. Bupati ke-33 : Radenmas Tumenggung Sumbroto (1892)
Panngeran Tjitrosomo IX setelah pension digantikan oleh Radenmas Tumenggung Sumbroto. Lama pemerintahannya 4 tahun.
34. Bupati ke-34 : Raden Adipati Aryo Koesoemodigdo (1893-1911)
Radenmas Tumenggung Sumbroto digantikan oleh Raden Adipati Aryo Koesoemodigdo.Lama pemerintahanya adalah sekitar 16 tahun
35. Bupati ke-35 : Radenmas Tumenggung Pringgowinoto (1911-1919)
Raden Adipati Aryo Koesoemodigdo setelah wafat digantikan kakaknya yaitu Radenmas Tumenggung Pringgowinoto yang berasal dari Rembang. Pada tahun 1920 di Tuban mulai dibangun Jalan kereta api NIS
36. Bupati ke-36 : R.A.A Pringgodigdo/ Kusumodiningrat (1919-1927)
37. Bupati ke-37 : R.M.A.A Koesoemobroto (1927-1944)
BUPATI TUBAN SETELAH KEMERDEKAAN
38. Bupati ke-38 : R.T Soedima Hadiatmaja (1944-1946)
39. Bupati ke-39 : R.H Moestain (1946-1956)
40. Bupati ke-40 : R.TSoendaroe (1956-1958)
41. Bupati ke-41 : R. Istomo (1958-1960)
42. Bupati ke-42 : M. Widagdo (1960-1968)
43. Bupati ke-43 : R. Soeparmo (1968-1970)
44. Bupati ke-44 : R.H Irchamni (1970-1975)
45. Bupati ke-45 : M. Masduki (1975-1980)
46. Bupati ke-46 : Surati Mursam (1980-1985)
47. Bupati ke-47 : Drs. Djuwahiri Marthaprawira(1985-1991)
48. Bupati ke-48 : Drs. Sjoekoer Soeto (1991-1995)
49. Bupati ke-49 : H.Hindarto (1996-2001)
50. Bupati ke-50 : Dra. Hj. Haeny Relawati RW.,M.Si. (2001-2006)
51. Bupati ke-51 : Dra. Hj. Haeny Relawati RW.,M.Si. (2006-2011)
52. Bupati ke-52 : H. Fathul Huda (2011-2016.)
53. Bupati ke-53 : H. Fathul Huda (2016-2021.)
EmoticonEmoticon