SUNGGING PRABANGKARA

08:40
SUNGGING PRABANGKARA
Dari Buku “LEGENDA JEPARA”, penulis Hadi Priyanto :
Versi 1 mengenai Prabangkara!!!
Pada pemerintahan majapahit, yang rajanya pada saat itu ialah Raja Brawijaya ada seorang seniman lukis atau tatah terkenal yang bernama “Ki Sungging Adi Linuwih” atau dikenal sebagai “Ki Sungging Prabangkara”. Sang raja kemudian memerintahkan Ki Sungging Adi Linuwih untuk melukiskan Sang Permaisuri. Perintah atau Titah Sang Raja akhirnya dilaksanakan dengan baik dan berhasil diselesaikan tugas tersebut oleh Ki Sungging Adi Linuwih tepat waktu.
Saat proses pengerjaan, tanpa sengaja tinta hitam terpecik pada lukisan di pangkal paha Sang Permaisuri. Noktah hitam itu tentu membuat Sang Raja tercengang, ia merasa selain Sang Raja dan Sang Permaisuri sendiri tidak ada seorangpun yang mengtahui bahwa terdapat tahi lalat kecil dipangkal paha Sang Permaisuri. Karna itu Sang Raja berburuk sangka, bahwa Ki Sungging Adi Linuwih telah melihat permaisuri dalam keadaan telanjang.
Untuk memcahkan teka-teki ini Raja Brawijaya memerintahkan kembali Ki Sungging, perintah Sang Raja kali ini cukup berat. Perintah itu ialah, Ki Sungging harus membuat patung Sang Permaisuri di udara dengan menaiki layang-layang. Karena titah Sang Raja, Ki Sungging pun tak berani menolak. Setelah memohon kekuatan pada Sang Maha Kuasa, naiklah Ki Sungging keatas layang-layang dengan membawa perlengkapan memahat guna membuat patung Sang Permaisuri. Konon, Saat hampir menyelesaikan patung permaisuri angin bertiup sangat kencang.
Ki Sungging yang telah berada di udara bersama layang – layang terbawa kearah timur. Namun setelah puluhan kilometer, angin berbalik arah ke barat. Kejadian ini memnyebekan goncangan, sehingga patung setengah jadi itu jatuh disebuah pulau. Karena jatuhnya disebabkan angin yang membalik, maka pulau itu kemudian dinamakan bali(Bahasa Jawa : Mbalik). Patung tadi ditemukan masyarakat setempat, sehingga akhirnya orang bali sangat mahir dalam membuat patung.
Sementara itu, Ki Sungging bersama layang-layang kemudian terbang semakin rendah kemudian tersangkut diatas sebuah pohon di Pedukuhan bernama Belakang Gunung yang sekarang masuk wilayah Desa Mulyoharjo. Pahat dari Ki Sungging prabangkara akhirnya jatuh dan ditemukan oleh masyarakat di wilayah itu. Dari sinilah konon seni Ukir Jepara mulai berkembang.
Versi 2 Mengenai Prabangkara!!!
Konon berawal, saat Prabu Wijaya dalam perjalan melihat desa-desa di wilayah Majapahit dan mengalami kelelahan. Ia singgah kerumah punggawa kerajaan yang ada di desa. Punggawa ini memiliki seorang anak perempuan yang telah menjadi janda, tetapi parasnya sangat cantik. Akhirnya Sang Prabu mengangkatnya sebagai selir.
Dari Selir ini, lahirlah seorang anak tampan yang diberi nama “Jaka Prabangkara”. Ia pun mendidik prabangkara dengan berbagai bekal ilmu. Ternyata ia sangat pandai dalam hal melukis. Tentu Raja Brawijaya sangat senang serta terus berusaha mengembangkan kemampuannya.
Prabu Brawijaya akhirnya memerintahkan Jaka Prabangkara untuk melukis sang permaisuri. Namun ketika lukisan tanpa busana itu jadi, tanda lahir Permaisuri tergambr pula. Prabu Brawijaya menduga anaknya telah melkukan hal yang tak pantas dengan permaisurinya. Karena itu, Prabu Brawijaya murka dan berniat untuk membunuhnya. Namun atas nasehat para penasehat kerajaan, Prabu Brawijaya mengurungkan niatnya dan hanya mencari cara untuk mengusirnya dari kerajaan Majapahit.
Pada akhirnya ia memerintahkan Jaka Prabangkara untuk membuat patung permaisuri dengan cara memasukkan dalam sangkar raksasa yang diangkat naik ke angkasa dengan layang-layang raksasa. Rasa cemburu Prabu Brawijaya demikian hebat. Sehingga ketika layang-layng telah berada jauh di angkasa, ia memerintahkan prajuritnya untuk memutus talinya hingga layang-layang terbawa angin hingga jepara. Saat berada di atas Jepara, angin bertiup kencang hingga pahat Jaka Prabangkara ini konon ditemukan oleh seorang pengrajin dari belakang gunung yang bernama “Asmo Sawiran”. Setelah menemukan phat prabangkala ini, kemampuan mengkir asmo sawiran berkmbang pesat sehingga mempengruhi orang belakang gunung menjadi komunitas masyarakat yang pandai mengukir.
Versi 3 Mengenai Prabangkara!!!
Bermula dari Legenda Kanjeng Sunan Sungging di Kudus. Konon agar ia bisa melihat seluruh wilayah se-Nusantara, ia merambat naik tali layang-layang yang sangat tinggi. Namun ketika hampir menyentuh layang-layang, tali layang-layang itu putus. Ia terbawa angin hingga ke Yunan, Tiongkok dan kemudian ia menikah dengan wanita disana dan memilikianak yang diberi nama “The Sing Ling”. Setelah dewasa oleh ayahnya ia diperintahkan pergi ke Kudus untuk menyiarkan agama Islam. Ia tiba di kudus sekitar abad XV bersama “Jendral Cheng Hoo”.
Setelah berada di Kudus, The sing Ling lebih sering dipanggil dengan sebutan “Kiai Telingsing”. Ia tinggal di suatu daerah antara sungai Tanggul Angin dan Sungai Juana. Di samping menyebarkan ajaran Islam, Kyai Telingsing juga mengajarkan seni ukir kepada masyarakat di sekitarnya. Banyak orang berguru kesana, diantaranya adalah putra sahabatnya, “Raden Usman Haji(bernama Raden Ja’far Sidiq)”.Siswa Kyai Telingsing konon juga berasal dari Jepara, sehingga seni ukir di daerah ini bisa berkembang.
Sedangkan dari buku sejarah dan budaya, “ LEGENDA OBYEK-OBYEK WISATA” tahun 2007-2008 Penerbit Dinas Pariwisata Kab.Jepara
LEGENDA
Dikisahkan seorang ahli seni pahat dan lukis bernama Prabangkara yang hidup pada masa Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, pada suatu ketika sang raja menyuruh Prabangkara untuk membuat lukisan permaisuri raja sebagai ungkapan rasa cinta beliau pada permaisurinya yang sangat cantik dan mempesona.
Lukisan permaisuri yang tanpa busana itu dapat diselesaikan oleh Prabangkara dengan sempurna dan tentu saja hal ini membuat Raja Brawijaya menjadi curiga karena pada bagian tubuh tertentu dan rahasia terdapat tanda alami/khusus yang terdapat pula pada lukisan serta tempatnya/posisi dan bentuknya persis. Dengan suatu tipu muslihat, Prabangkara dengan segala peralatannya dibuang dengan cara diikat pada sebuah laying-layang yang setelah sampai di angkasa diputus talinya.
Dalam keadaan melayang-layang inilah pahat Prabangkara jatuh di suatu desa yang dikenal dengan nama Belakang Gunung di dekat kota Jepara. Di desa kecil sebelah utara kota Jepara tersebut sampai sekarang memang banyak terdapat pengrajin ukir yang berkualitas tinggi. Namun asal mula adanya ukiran disini apakah memang betul disebabkan karena jatuhnya pahat Prabangkara, belum ada data sejarah yang mendukungnya.
SEJARAH
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, terdapat seorang patih bernama Sungging Badarduwung yang berasal dari Campa (Kamboja) ternyata seorang ahli memahat pula. Sampai kini hasil karya Patih tersebut masih bisa dilihat di komplek Masjid Kuno dan Makam Ratu Kalinyamat yang dibangun pada abad XVI.
Keruntuhan Kerajaan Majapahit telah menyebabkan tersebarnya para ahli dan seniman hindu ke berbagai wilayah paruh pertama abad XVI. Di dalam pengembangannya, seniman-seniman tersebut tetap mengembangkan keahliannya dengan menyesuaikan identitas di daerah baru tersebut sehingga timbulah macam-macam motif kedaerahan seperti : Motif Majapahit, Bali, Mataram, Pajajaran, dan Jepara yang berkembang di Jepara hingga kini.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »