PETILASAN BATURSIGIT NGROTO

PETILASAN BATURSIGIT NGROTO

00:40 0
PETILASAN BATURSIGIT NGROTO
Setelah rakit yang rusak selesai diperbaiki, perjalanan dilanjutkan lagi. Tetapi ketika sampai di suatu pedukuhan (sekarang daerah Ngroto-Gubug), ada salah satu rakit tersangkut pohon di pinggir sungai. Karena tali pengikat rakit putus, rombongan berhenti untuk mengikatnya.
Ketika para santri sedang mengikat rakit, tiba-tiba terdengar suara adzan magrib dari arah dukuh di dekatnya. Para santri bergegas menuju dukuh itu, untuk melaksanakan sholat. Ketika bertanya pada penduduk, dijawab bahwa di daerah itu tidak ada surau. Akhirnya para santri melaksanakan sholat pada sebidang tanah datar, yang terletak di pinggir sungai. Demikian juga waktu Imsya, suara adzan terdengar kembali. Mereka berusaha mengamati arah datangnya suara adzan itu. Menurut mereka datangnya suara adzan dari arah Barat Laut, searah dengan kraton Glagahwangi.
Konon cerita di tempat itu, rombongan bermufakat akan mendirikan masjid. Mereka akan mendirikan masjid itu, hanya dalam waktu semalam. Malam itu bulan bersinar sangat terang, sehingga sinarnya dapat membantu para santri dalam bekerja. Secara beramai-ramai mereka mendirikan tiang-tiang calon masjid, kadang diselingi pula oleh bunyi palu dan gergaji memotong kayu.
Ternyata suara ramai mereka membangunkan penduduk pedukuhan itu. Karena bulan bersinar terang, penduduk mengira sudah pagi. Perawan desa bergegas mengambil padi dari lumbung, untuk ditumbuk menjadi beras. Sebentar kemudian terdengar ramai, suara antan beradu dengan lesung.
Bunyi orang menumbuk padi itu, telah membangunkan ayam milik penduduk pedukuhan. Binatang itu berlari ke tempat orang yang sedang menumbuk padi, untuk mencari ceceran gabah di sekitarnya. Semakin ramailah ditempat itu oleh adanya suara ayam mengais gabah, yang kadang diselingi suara kokok ayam jantan bersahut-sahutan. Terkejutlah para santri mendengar suara kokok ayam, dan mereka mengira hari sudah pagi. Lemaslah tubuh mereka semua, karena upaya mendirikan masjid dalam semalam telah gagal. Sambil menggerutu mereka membongkar masjid yang hampir jadi, dan diusung ke pinggir sungai untuk diikat menjadi rakit.
Ketika para santri sedang membongkar bangunan masjid, ternyata bulan masih bersinar tinggi di atas. Barulah mereka semua sadar, bahwa saat itu masih tengah malam. Mereka mencari arah datangnya suara kokok ayam, yang ternyata dari tempat para perawan yang menumbuk padi. Karena badan lelah kurang tidur, ada seorang santri mengeluarkan umpatan kepada para perawan desa itu.
Konon dalam umpatannya mengatakan, sampai besok di dukuh itu akan selalu ada perawan tidak laku kawin. Menurut cerita masyarakat desa Ngroto sekarang, umpatan itu ternyata menjadi kenyataan. Konon sejak dulu hingga sekarang, di desa Ngroto selalu ada perawan desa tidak laku kawin. Apakah hal itu disebabkan umpatan santri zaman dulu

wa llahu a’lam bish shawab.

Bekas tempat akan didirikannya masjid tersebut, oleh penduduk pedukuhan diberinya nama ”Batur Sigit ”, (batur artinya tanah yang tinggi, sedangkan sigit artinya masjid). Karena tanah itu sampai sekarang terkenal wingit, sehingga masyarakat desa Ngroto tidak ada yang berani menggunakannya sebagai ladang atau tempat tinggal.
LEGENDA ULAR SUCI

LEGENDA ULAR SUCI

00:53 0
LEGENDA ULAR SUCI
Pada masa Kerajaan Majapahit ada seseorang Bhagawan yang bernama Dang Hyang Dwijendra atau Dang Hyang Nirarta.Beliau dikenal sebagai Tokoh penyebaran ajaran Agama Hindu dengan nama “Dharma Yatra “.Di Lombok beliau dikenal dengan nama “Tuan Semeru” atau guru dari Semeru (sebuah nama Gunung di Jawa Timur).
Pura Luhur Tanah Lot
Pada waktu beliau datang ke Bali untuk menjalankan misinya,yang berkuasa di Bali saat itu adalah Raja Dalem Waturenggong yang menyambut beliau dengan sangat hormat. Beliau menyebarkan agama Hindu sampai ke pelosok-pelosok Pulau Bali. Suatu ketika pada saat beliau menjalankan tugasnya, beliau melihat sinar suci dari arah tenggara dan beliau mengikutinya sampai pada sumbernya yang ternyata adalah sebuah sumber mata air. Tidak jauh dari tempat itu beliau menemukan sebuah tempat yang sangat indah yang disebut “Gili Beo”(Gili artinya Batu Karang dan Beo artinya Burung) jadi tempat itu adalah sebuah Batu Karang yang berbentuk burung.
Ditempat inilah beliau melakukan meditasi dan pemujaan terhadap Dewa Penguasa Laut. Lokasi tempat Batu Karang ini termasuk dalam daerah Desa Beraban,dimana di desa tersebut dikepalai oleh seorang pemimpin suci yang disebut “Bendesa Beraban Sakti”.Sebelumnya masyarakat Desa Beraban menganut ajaran monotheisme(percaya dan bersandar hanya pada satu orang pemimpin yang menjadi utusan Tuhan sperti Nabi)dalam waktu yang singkat banyak masyarakat Desa Beraban ini mengikuti ajaran Dang Hyang Nirarta yang kemudian membuat Bendesa Beraban Sakti sangat marah dan mengajak pengikutnya yang masih setia untuk mengusir Bhagawan suci ini.
Dengan kekuatan spiritual yang dimiliki Dhang Hyang Nirarta,beliau melindungi diri dari serangan Bendesa Baraban dengan memindahkan batu karang besar tempat beliau bermeditasi (Gili Beo) ke tengah lautan dan menciptakan banyak ular dengan selendangnya di sekitar batu karang sebagai pelindung dan penjaga tempat tersebut.Kemudian beliau memberi nama tempat itu “Tanah Lot” yang berarti Tanah di tengah Laut.
Akhirnya Bendesa Beraban mengakui kesaktian dan kekuatan spiritual dari Dang Hyang Nirarta,dan akhirnya Bendesa Beraban menjadi pengikut setia dan ikut menyebarkan ajaran Agama Hindu kepada penduduk setempat.Sebagai tanda terima kasih sebelum melanjutkan perjalanan beliau memberikan sebuah keris kepada Bendesa Beraban yang dikenal dengan nama “Keris Jaramenara atau Keris Ki Baru Gajah”.Saat ini keris itu disimpan di Puri Kediri yang sangat dikeramatkan dan di upacarai setiap hari raya Kuningan.Dan upacara tersebut di adakan di Pura Tanah Lot setiap 210 hari sekali,yakni pada “Buda Wage Lengkir”sesuai dengan penanggalan Kalender Bali.
Holy snake/ Ular Suci (Ular Poleng)
Jadi, menurut legenda ular ini merupakan jelmaan dari selendang yang dimiliki oleh Dhang Hyang Nirarta untuk menjaga Tanah Lot ini. Dari cerita ini, pasti kawan-kawan merasa kaget karena ular yang memiliki nama spesies Bungarus Candidus ini masih hidup sampai SEKARANG dari jaman tersebut.
Ular suci ini memiliki banyak nama, diantaranya Bungarus Candidus, Holy Snake, Ular Weling, Ular Belang, Blue Krait atau Malayan Krait. Nama weling berasal dari bahasa jawa yaitu welang-weling menunjuk kepada pola belang hitam-putih seperti warna kulit ular ini. Ular ini memiliki panjang maksimal hanya 2m dan penyebaran ular ini meliputi wilayah-wilayah dekat pantai hingga daerah pegunungan. Ular welang dikategorikan amat berbahaya karena bisanya yang bersifat mematikan, meskipun laporan kematian pada manusia akibat gigitan ular ini termasuk rendah.
Proses Wawancara dengan narasumber
Setelah kami observasi dan mengulas informasi dengan beberapa narasumber, kita mendapatkan informasi yang penting dan tak kalah menarik loh dari fakta-fakta yang umum tentang ular suci ini. Ada juga beberapa mitos yang terkandung.
Yang pertama kami mendapatkan informasi dari narasumber ular ini berusia ratusan abad. Jika dari sudut pandang analogika tidak mungkin ular spesies ini dapat hidup selama itu, namun dari sudut pandang cerita legenda “Dhang Hyang Nirarta menciptakan banyak ular dengan selendangnya di sekitar batu karang sebagai pelindung dan penjaga tempat tersebut”. Istilah “banyak” dari secuil kata legenda dapat diartikan ular tersebut dapat bertahan di Tanah Lot dengan cara berkembangbiak agar populasi spesies ular ini tidak punah di Tanah Lot.
Yang kedua, mengapa ular suci ini tidak ditempatkan di pure saja agar lebih dirawat?. Menurut mitosnya memang ular ini dijaga habitatnya yang berada di gua untuk menjaga area pure, maka masyarakat sengaja menempatkannya di gua didepan pure luhur.
Yang ketiga, apa yang terjadi jika ada orang yang bermaksud berbuat tidak senonoh kepada ular suci ini? Celakakah? Bahayakah?. Jawabannya, Ya… karena jenis ular ini ular beracun, Jika hal ini dipikir secara ilhmiah. Namun, jika menurut kepercayaan, orang yang melakukan hal tidak baik terhadap ular ini akan terkena suatu hal yang buruk dan mengerikan.
Yang keempat, kami mendapat informasi pengalaman dari salah satu pawang ular suci tersebut. Pernah ada suatu hal buruk yang terjadi pada seseorang yang berniat jahat dengan ular ini. ‘’Dulu pernah ada kejadian ada 2 orang laki-laki berwisata atau apa saya nggak tau, tapi kayaknya 2 orang itu bermaksud jahat entah apa, tiba-tiba waktu keluar tanah lot 2 orang itu kesurupan, dan syaratnya jika ingin sembuh harus diantar ke laut tanah lot dan dikeluarkan makhluk gaibnya, ada yang bilang kalau ‘’itu’’ adalah penjaga tanah lot yang diyakini oleh warga sekitar.
Yang kelima, dengan sebutan ular suci, mengapa para tourist tetap diizinkan mengunjunginya, padahal ular ini dianggap suci? Jawabannya, karena Pure Luhur yang diciptakan oleh legenda tersebut lebih suci dan hanya boleh dimasuki umat Hindhu, maka jika ular ini diletakkan di pure, maka kesucian pure akan berkurang terus menerus karena adanya tourist yang terus berdatangan hanya melihat ular. Maka dari itu ular suci ini sengaja dibiarkan hidup di habitatnya yaitu di gua tanah lot.
 Yang keenam, ular suci ini memiliki hubungan dengan air suci di tanah lot, pernah ditemukan terdapat terowongan antara goa ular suci ke tempat air suci.


Dari pernyataan-pernyataan diatas kami telah membeberkan semua fakta-fakta khusus tentang ular suci di tanah lot tersebut berdasarkan Informasi dari Narasumber. Dan dapat disimpulkan bahwa semua fakta yang terkandung tergantung pada kepercayaan kalian masing-masing. Dan jika kalian ingin melihat ular suci ini datanglah saat sore hari karena ular ini adalah hewan nocturnal. Kita dapat menarik garis kesimpulan bahwa sejarah asal mula munculnya ular suci sebenarnya hanyalah mitos yang telah dipercayai masyarakat setempat. Dan yang membuat pengunjung teratarik dengan ular suci ini karena cerita masyarakat yang telah mendarah daging.
MENGAPA PERANG BAYU LAYAK DIKENANG

MENGAPA PERANG BAYU LAYAK DIKENANG

07:38 0
MENGAPA PERANG BAYU LAYAK DIKENANG
(Oleh: Hasan Ali)

Perang Bayu adalah peperangan yang terjadi antara pasukan VOC Belanda dengan pejuang-pejuang Blambangan pada tahun 1771-1772 di Songgon.
Peperangan ini oleh pihak Belanda sendiri diakui sebagai peperangan yang paling menegangkan, paling kejam dan paling banyak memakan korban dari semua peperangan yang pernah dilakukan oleh VOC Belanda di manapun di Indonesia (Lekkerkerker, 1923 : 1056).
Di pihak Blambangan, peperangan ini merupakan peperangan yang sangat heroik-patriotik dan membanggakan, yang patut dicatat, dikenang dan dijadikan suri tauladan bagi anak cucu kita dalam mencintai, membela dan membangun daerahnya, Bumi Blambangan.
Dalam Perang Bayu tersebut pejuang-pejuang Blambangan dipimpin oleh Rempeg, seorang buyut Pangeran Tawang Alun, putra Mas Bagus Puri (Dalem Wiraguna) dengan ibu dari desa Pakis (Pigeaud, 1932: 255).
Mas Rempeg ini oleh pengikutnya dipercaya sebagai titisan Agung Wilis yang legendaris. Karena itu oleh Belanda, Mas Rempeg disebut dengan sebutan “Pseudo Wilis “, Wilis-semu. 
Mas Rempeg dengan hampir seluruh pengikutnya, seperti Patih Jagalara, Mas Ayu (Sayu) Wiwit, Bekel Utun, Udhuh, Runteb dan lain-lain, gugur dengan gagah berani dalam Perang Puputan Bayu tersebut.

Beberapa hal yang patut dicatat sebagai luar biasa dalam Perang Puputan Bayu ini antara lain:
1. Perang Bayu ini, yang memuncak pada tanggal 18 Desember 1771, diakui oleh Belanda sendiri sebagai peperangan yang paling menegangkan, paling kejam, dan paling banyak memakan kurban dari semua peperangan yang pernah dilakukan VOC dimanapun di seluruh Indonesia (Ibid. 1923 : 1056).

2. Begitu kejamnya dan penuh dendam peperangan yang terjadi di bayu tersebut, sampai-sampai apabila ada pasukan VOC yang tertangkap pejuang Blambangan, seperti yang terjadi antara lain pada Letnan Van Schaar, kepalanya dipotong, ditancapkan di ujung tombak, dan diarak keliling desa. Demikian juga sebaliknya, dari hampir semua pejuang Blambangan yang tertangkap di Bayu, kepalanya dipotong dan digantung-gantungkan di pohon-pohon atau ditancap-tancapkan di tonggak-tonggak pagar di sepanjang jalan desa (Ibid . 19123 : 1059). Kiranya sulit untuk dapat kita temukan kekejaman peperangan lokal seperti yang terjadi di Bayu ini di daerah-daerah lain di Indonesia.
3. Dari sejumlah 2.505 sisa pejuang Blambangan yang ditawan dan dibawa ke benteng Teluk Pangpang/Muncar, tidak sedikit yang dihukum mati dengan menenggelamkannya ke laut, disiksa dan direjam sampai mati (Ibid . 1923 : 1060). Suatu hukuman yang lebih bersifat “balas dendam” dari pada sekedar melakukan “hukuman” kepada musuh.
4. Untuk menghadapi Perang Bayu ini VOC telah mengerahkan tidak kurang dari 10.000 personil. (dengan peralatan lengkap dan senjata berat) yang didatangkan dari seluruh Jawa: dari garnisun-garnisun Batavia. Semarang (Korp Dragonders), Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Madura dan dari daerah-daerah pantai utara Jawa Timur (Ibid. 1923: 1057-1059). Suatu jumlah yang yang luar biasa besar menurut keadaan pada waktu itu.
5. Peperangan di Bayu ini telah memakan kurban tidak kurang 60.000 rakyat Blambangan yang gugur, hilang, atau menyingkir ke hutan (Epp. 1849 : 347). Namun perlulah diketahui bahwa jumlah penduduk seluruh Blambangan pada waklu itu tidak sampai 65.000 orang..! J.C . Bosc h. seorang pejabat Pemerintahan Belanda pernah menulis dari Bondowoso pada tahun 1848;
"…daerah inilah barangkali satu-satunya di seluruh Jawa yang satu ketika pernah berpenduduk padat yang telah dibinasakan sama sekali …" (Anderson, 1982: 75 – 76).

6. Untuk merebut Blambangan, khususnya untuk peperangan di Bayu ini, VOC telah menghabiskan dana seharga 8 (delapan)’ Ton emas yang merupakan pukulan telak terhadap keuangan VOC pada waktu itu. Pimpinan VOC di Batavia kemuclian menghitungnya sebagai “tidak sumbut”, tidak sesuai dengan kemungkinan apa yang dapat diperoleh sebagai imbalan dari Blambangan (Op. cit. 1823 : 1067).
7. Perang Bayu memang berakhir pada tanggal 11 Oktober 1772, namun perlawanan rakyat dalam benluk pemberontakan-pemberontakan lokal masih terjadi di berbagai daerah di Blambangan sampai berpuluh tahun kemudian (1815), yang dipimpin oleh sisa-sisa pasukan Bayu yang membandel dan pantang menyerah, yang oleh orang-orang Belanda dikatakan sebagai orang-orang Bayu yang “liar” (Lekkerkerker, 1926 : 401-402)
Lanjar Maibit.

Lanjar Maibit.

09:03 0

Di suatu ketika di desa maibit hiduplah seorang janda yang bernama Sri Penganti dan adiknya bernama Joko Grenteng.mereka tinggal di dekat sendang ( perairan terbuka/semacam kolam kecil).
keindahan dan kecantikan janda itu sangatlah terkenal,banyak pemuda yang mengagumi kecantikannya,salah satunya Dalang Budoyo (dari desa maner).
suatu ketika saat Sri Penganti atau biasa di sebut Lanjar Maibit (lanjar yang artinya semasa dia menikah belum pernah melakukan hubungan suami istri) sedang mandi di sendang tiba tiba Dalang Budoyo datang karena dia sangat mengagumi kecantikan Lanjar Maibit dia melihat Lanjar Maibit sedang mandi lalu dia naik ke atas pohon yang berada tak jauh dari tempat pemandian untuk memperhatikan Lanjar Maibit mandi dari atas pohon.tak sengaja lanjar maibit melihat bayangan di air yaitu bayangan Dalang Budoyo yang sedang memperhatikannya mandi dari atas pohon.saat melihat bayangan itu seketika Lanjar Maibit memakai selendangnya atau baju dan pergi meninggalkan tempat pemandiaanya.ternyata cincin Llanjar tertinggal di batu,Dalang Budoyo melihat cincin tersebut dan mengambilnya walaupun dia tidak bisa memiliki hati lanjar maibit tapi dia cukup senang mendapatkan cincin dari wanita yang sangatdi cintainya.
Selain Dalang Budoyo ada Begendung Kuwon (dari desa Pekuwon),Minak Jepolo (dari desa Sawahan/Logawe) dan masih banyak pemuda yang mengagumi Lanjar Maibit dan ingin menikahinya tapi mereka semua tidak ada yang bisa meluluhkan hati Lanjar Maibit.
Suatu ketika ada pemuda tampan yang bernama Minak Anggrang(dari padangan) putra Bupati Padangan sedang berburu burung di dekat sendang dia bertemu Lanjar Maibit dan dia terpesona oleh kecantikan sang Lanjar Maibit pada saat itu juga dia lansung jatuh cinta pada Lanjar ternyata Lanjar pun juga menyukai Minak Anggrang dan mereka pun menikah.
Suatu hari Minak Anggrang melihat istrinya sedang bersama pemuda pemuda itu tidak lain adalah Joko Grenteng yaitu adik dari Lanjar Maibit karena Minak Anggrang melihat kedekatan mereka diapun cemburu dan curiga kemudian Minak Anggrang menuduh bahwa JokoGrenteng selingkuhan Lanjar Maibit.Joko Grenteng menjelaskan bahwa mereka bersaudara,tetapi Minak Anggrang tidak mempercayainya dan Minak Anggrang menyuruh mereka membuktikan kalau mereka benar benar bersaudara.kemudian Joko Grenteng dan Lanjar Maibit setuju untuk melakukan bunuh diri berdasarkan syarat yang di berikan Minak Anggrang untuk membuktikan bahwa mereka bersaudara dan mereka tidak berselingkuh.jika posisi kepala mayat mereka berdua berbeda dengan posisi saat mereka di kubur(kepala bersingkuran)membuktikan bahwa mereka benar benar bersaudara dan mereka tidak bersalah dan jika posisi kepala mereka tidak berubah atau tetap pada posisi mereka saat di kuburkan(kepala saling berhadapan) itu berarti mereka membuktikan tidak bersaudara dan mereka bersalah.beberapa hari setelah kematian Joko Grenteng dan Lanjar Maibit Minak Anggrang mengali kuburan Joko Grenteng dan Lanjar untuk melihat posisi kepala mereka.dan ternyata posisi kepala mereka berdua berbeda dengan posisi mereka pada saat di kubur (kepala bersingkuran)yang artinya mereka benar benar bersaudara dan mereka tidak bersalah.mengetahui itu Minak Anggang sangat terkejut dan sangat menyesal karena dia tidak percaya pada penjelasan Joko Grenteng dan istri yang sangat di cintainya Lanjar Maibit
Penyesalan pada diri Minak Anggrang terus terasa setiap saat sampai Minak Anggrang jatuh sakit kemudian ajal menjemputnya.
Dari kejadian itu menjelaskan bahwa Lanjar Maibit memiliki kesatuan cantik luar maupun dalamdan kemurnian cinta yang di miliki oleh seorang wanita.oleh karena itu untuk menghormati kemurnian Lanjar Maibit orang orang di desa Maibit menyebut daerah di sekitar sendang sebagai sendang Lanjar Maibit.
KOMIK PETRUK GARENG

KOMIK PETRUK GARENG

21:33 0
KOMIK PETRUK GARENG Bagi anak-anak yang tumbuh di tahun 1980-an sampai awal 1990-an, pasti tidak melewatkan komik Petruk-Gareng karya Tatang S. Komik Petruk-Gareng Tatang S. dicetak dalam kertas murahan. Hitam-putih. Tidak ada gambar berwarna kecuali halaman sampul. Setiap halaman komik umumnya hanya terdiri dari dua panel. Yang juga paling diingat dari komik Petruk-Gareng rekaan Tatang S. tentulah ceritanya. Cerita biasanya berlangsung di Desa Tumaritis, tempat Petruk, Gareng, Bagong, dan ayah mereka, Semar, tinggal. Dan, pembaca setianya pasti ingat ada dua tema cerita yang sering disodorkan Tatang lewat komik petruk-Gareng-nya: yaitu kisah mistis Petruk ketemu/digoda setan, hantu, dedemit, dan sebangsanya; serta Petruk dan/atau Gareng jadi superhero pahlawan Tumaritis (Megaloman Tumaritis, Batman Tumaritis, Superman Tumaritis) yang siap membasmi kejahatan. Kisah Petruk/Gareng ketemu setan sangat tipikal, dan di kemudian hari paling dikenang pembacanya. Biasanya, Petruk ketemu gadis cantik bahenol di tengah jalan sendirian. Bersikap gentleman dengan berharap bisa dijadikan pacar, Petruk menawarkan diri mengantar sang gadis pulang. Nah, biasanya, si gadis minta diantar ke rumahnya di suatu tempat. Petruk sadar tempat yang dimaksud kuburan, lantas bertanya pada sang gadis cantik nan bahenol tadi. Pada bagian ini, kemudian si gadis memperlihatkan jati diri aslinya: sesosok setan menyeramkan dengan lidah terjulur dan buah dada menggantung. Petruk lantas lari terbirit-birit. Kali lain, Petruk bermalam di rumah si gadis. Eh, begitu bangun di pagi hari, ia berada di atas kuburan, bukan di rumah gedong. Tatang sangat jago menggambar cewek cantik nan bahenol. Karakter cewek-cewek komik Petruk-Gareng Tatang S. selalu digambarkan berparas cantik dengan rambut panjang terjuntai dan dada yang montok. Petruk-Gareng memang bukan tokoh sembarangan. Mereka dibuat seolah-olah berasal dari pinggiran Jakarta, punya impian, namun mewakili kesialan rakyat kecil yang kadang mimpinya tergilas nasib kejam ibu kota. Ceritanya juga sangat sederhana. Kadang Petruk-Gareng mengisi waktu luang dengan memancing, kerja serabutan, selalu kantong kempes (tongpes) alias gak punya duit, hingga cinta tanah air sebab terlalu terlibat kegiatan ronda.