PERTEMPURAN KARANGSAMBUNG KEBUMEN (1)

06:28
PERTEMPURAN KARANGSAMBUNG KEBUMEN (1)
Tahun 1831 Belanda di bawah pimpinan Mayor Van Royen yang bekerjasama dengan Arungbinang IV berhasil menguasai Pendopo Agung Panjer di ibukota kabupaten Panjer (sekarang menjadi Kodim 0709 Kebumen) setelah melalui pertempuran yang cukup alot dan penyerangan besar – besaran dari tiga penjuru. Pengepungan Pendopo Agung Panjer sebagai Jantung Pertahanan Panjer dan perlawanan terakhir kekuatan Dipanegara, melibatkan bala bantuan pasukan VOC dalam jumlah besar dari Batavia yang kemudian berposisi di Kongsi Dagang VOC di Gombong.tempat ini kemudian dijadikan pertahanan militer Belanda.
Pasukan Pimpinan Mayor Van Royen mengepung dari arah timur,pasukan pimpinan Mayor Biskus dan Magilis menyerang dari arah Pertahanan Bocor yang saat itu telah dikosongkan oleh Senopati Gamawijaya dan prajuritnya menuju ke Pendopo Agung Panjer. Sedangkan dari arah barat penyerangan dilakukan oleh pasukan pimpinan Mayor Verbrug, kapten Arons dan Huster.
Dikuasainya Pendopo Agung Panjer, dan meninggalnya Tumenggung Kalapaking IV akibat luka parah dalam pertempuran di Pendopo Agung Panjer tidak menyurutkan nyali para pejuang Panjer yang kemudian meneruskan perjuangan dengan mendirikan pemerintahan darurat di Karangsambung.
Belanda yang bekerjasama dengan Arungbinang IV merencanakan penyerbuan ke pertahanan Panjer yang telah pindah di Karangsambung .pemerintahan darurat tersebut kini dikenal dengan sebutan Makam Panjer; berada di Karangsambung dekat Jalan Kyai Welaran. Rencana penyerbuan awal adalah markas pasukan Panjer di Baniara. Rencana ini segera diketahui oleh mata – mata pasukan Panjer dan segera disampaikan secara getok tular ke pemerintahan di Panjer Gunung di Karangsambung.
Pertempuran Capit Urang
Pasukan Belanda dan Arungbinang IV dipimpin oleh demang Mertakanda yang sebelumnya telah menerima hadiah dari Belanda perlahan maju ke utara melalui Gunung Pogok menuju ke Kali Gending. Di tempat tersebut terjadilah pertempuran dengan pasukan Panjer. Pasukan Panjer yang telah menyiapkan diri dengan siasat Capit Urangpun bertempur dengan sangat berani. Pasukan Belanda dan Arungbinang IV dipancing agar maju sampai ke Karangsambung. Setelah pasukan Belanda melewati Kali Gending dan Selaranda kemudian memasuki Karangsambung, Semua kekuatan pasukan Panjer secara serentak menyerbu, baik yang dari Clapar dan Selaranda yang dipimpin langsung oleh Ki Endang Kertawangsa dan Ki Hajar Welaran , dari Jemur dan Cemara Sewu yang dipimpin oleh Ki Kertadrana.
Pasukan Belanda dan Arungbinang IV kebingungan sebab ketika mereka akan lari ke barat dan akan menyeberang kali Luk Ula, mereka disambut panah dan lembing pasukan Sigaluh pimpinan Ki Kertadrana dan Banaspati Djayamenggala. Jika mundur mereka dihadang oleh pasukan Senopati Gamawijaya dari Kaligending dan Jemur. Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Opsir Mayor Van Royen, Kapten Arons dan Huster terpaksa bertahan di lereng tebing kali Luk Ula dan hutan pohon bambu sambil menunggu datangnya bala bantuan.
Perang Karangsambung benar – benar merupakan perang yang besar, dan menjadi suatu pukulan dan tekanan berat bagi mental dan fisik pasukan Belanda. Banyak prajurit dari pihak Belanda tewas bergelimpangan di jalan. Bahan makanan sudah habis, begitu juga persediaan peluru dan mesiu menipis sementara tekanan dari pasukan Panjer tidak berkurang. Pasukan Belanda tidak berani keluar dari tempat perlindungannya sampai beberapa hari menunggu datangnya bantuan dari Gombong. Satu hal yang masih menguntungkan Belanda adalah pasukan Panjer yang tidak bisa menggunakan senjata rampasan dari pasukan musuh. Mereka hanya mahir menggunakan senjata tombak, lembing, panah, sumpit beracun dan pedang.
Datangnya Bala bantuan Belanda
Bala bantuan Belanda dari Gombong telah sampai di Pendopo Agung Panjer. Pasukan tersebut dipimpin oleh Mayor Biskus, Mayor Verbrug dan Kapten Flissinger. Mereka kemudian begerak menuju ke utara.
Ki Endang Kertawangsa beserta pamannya Ki Hajar Welaran dan Ki Kertadrana Adipati Sigaluh yang telah mengetahui kedatangan bala bantuan Belanda tersebut memutuskan untuk segera melakukan penyerangan serempak terhadap pasukan Belanda yang telah lemah itu sebelum bala bantuan mereka datang. Pasukan Sigaluh dipimpin oleh Ki Kertadrana menyerang dari Cemara Sewu menuju ke tepian kali Luk Ula, pasukan Banaspati Jayamenggala dari arah Jemur bergerak ke timur, pasukan Gamawijaya dan KH. Imanadi dari Kaligending menjepit ke barat. Kyai Welaran dan pasukannya dari Selaranda begerak menjepit ke barat. Ki Endang Kertawangsa beserta laskar pemuda menyerang dari Baniara.Dalam penyerbuan tersebut, sisa pasukan Belanda dan Arungbinang IV yang bisa menyelamatkan diri berhamburan dari persembunyiannya. Korban tewas dari pihak Belanda semakin banyak. Pada saat itulah bala bantuan Belanda dengan persenjataan yang lebih lengkap dan modern datang. Hal ini menjadikan keadaan pasukan Panjer berbalik.
Foto Dedy Irawan.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »