BARIDIN

05:53
BARIDIN
Di Ceritakan Seorang pemuda Yang kehidupannya Bisa Dibilang miskin..
Dia Mencintai seorang Gadis Anak orang kaya...
Namun Dia selalu berusaha pantang menyerah untuk mendapatkan cinta Gadis tersebut.

Pada suatu hari, Baridin sedang Ngobrol sama ibunya yaitu MBOK WANGSI...
Tiba-tiba datang seorang laki-laki setengah baya, yaitu MANG BUNAWAS...
Dengan membawa Tumpeng/sesaji... Beliau bermaksut untuk menyuruh baridin untuk membajak sawahnya yang sebentarlagi akan memasuki musim tanam... Akhirnya baridin pun setuju atas ajakan mang bunawas... Setelah Baridin berpamitan sama ibunya,Dia pun langsung bergegas berangkat menuju sawah mang bunawas Sambil memikul alat bajak juga menggiring Dua ekor kerbaunya...

Di sisi lain RATMINAH yang sedang di suruh oleh ayahnya yaitu BAPA DAM untuk pergi kepasar membeli perlengkapan dapur dsb.... Lalu berangkat lah ratmiah ke pasar... Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan pemuda-pemuda desa yang sedang nongkrong di pinggir jalan,lalu pemuda itu berniat menggoda Ratminah, mamun apa yang di peroleh pemuda itu,malah dapat cacian dari Ratminah.... Akhirnya pemuda itu pun pergi meninggalkan ratminah... selang waktu berjalan,Ratminahpun meneruskan perjalanan nya ke pasar.... Namun sebelum Ratmina sampay ke pasar, datang juga godaan yang tidak di duga, Dia bertemu dengan Seorang pemuda yang sedang memikul alat bajak yaitu BARIDIN..
Lalu baridin pun merasa terpesona melihat kecantikan RATMINA, Tanpa mengedipkan mata,baridin terus menerus memandang wajah Ratminah,Dan sontak ratminah pun merasa jengkel karna baridin trus menerus memandangnya... Ratminah pun marah-marah pada baridin,dan baridin pun malah meledek ratminah bahkan dia mengungkapkan hasrat hatinya bahwa dia ingin memiliki dan ingin mempersunting ratminah sebagay istrinya... Dan ratminah pun tambah marah-marah sama baridin,dan dia pun tidak segan-segan mencacimaki baridin,sampay-sampay baridin tertunduk malu di buatnya..... Dan akhirnya baridin pun kecewa atas tingkah laku ratminah,Baridin pun merasa kecewa dan sakit hati dengan ratminah.... Bukanya Baridin melanjutkan perjalanan nya ke sawah, dia malah berbalik arah baridin pulang kerumah .
Sesampainya di rumah, sontak ibunda baridin yaitu MBOK WANGSIH kaget kenapa baridin tiba-tiba pulang,timbulah pertanyaan dalam benak Mbok Wangsih.... Lalu mbok wangsih pun bertanya pada baridin,Dan baridinpun menceritakan kejadian di tengah perjalanannya menuju sawah mang bunawas.... Lalu Baridin pun memohon sama ibunya agar mbok wangsih melamar Ratminah untuknya,Lalu mbok wangsih pun tidak segan egan menasehati baridin agar dia berkaca siapa dia sebenarnya,bahw dia tidak pantas untuk berdampingan dengan Ratminah,karna Ratninah adalah anak orang kaya raya... sedangkan Baridin hanya anak seorang janda miskin yang serba kekurangan. Ditengah perbincangan nya baridin dan mbok wangsih, tiba-tiba datanglah mang bunawas dia langsung marah-marah karna baridin gagal untuk membajak sawahnya yang sebentarlagi akan di tanami padi, Lalu mang bunawaspun meminta sesajinya yang telah dia berikan sama Mbok wangsih karna baridin gagal membajak sawahnya... namun apa yang terjadi,,,,? sesaji yang dia kasihkan kepada mbok wangsih itu sudah habis di makan oleh mbok wangsih... Lalu mang bunawaspun meminta ganti dengan Beras Dsb... Tapi Mbok wangsi merasa tidak mempunyai apa-apa, jangan kan beras, uang sepeserpun dia tidak punya... Lalu mang bunawaspun tidak habis fikir,dia meminta kain sarung punya baridin untuk di jual,Padahal kain sarung itu adalah harta satu-satunya yang dimiliki oleh baridin,tetapi apa boleh buat, baridin harus bartanggung jawab atas semuanya,Akhirnya dengan berat hati Baridin pun menyerahkan kain sarungnya kepada mang bunawas untuk di jual.
Di lain hari, baridin terus meminta mbok wangsih untuk melamar ratminah,dan baridin sampai bilang pada ibunya kalu sampay baridin tidak tercapay keinginannya menikah dengan ratmiah. dia lebih baik mati daripada harus menanggung beban cinta itu.... dan akhirnya Mbok wangsih menyerah akhirnya bliau menuruti apa kehendak anak nya itu.... Ke'esokan harinya mbok wangsih bermaksut pergi untuk melamar ratminah,namun dia bingung, apa yang akan dia bawa untuk melamar ratminah... sedangkan dia tidak mempunyai apa-apa,jangan ka harta, Beras satu biji pun dia tidak punya,namun dia masih punya sinpanan pisang Dua biji.... Lalu ia pun bergegas pergi kerumah Bapa Dam untuk melamar Ratminah... Selepas Mbok wangsi pergi... Baridin menunggu di rumah sambil berharap agar lamarannya di terima oleh BapaDam dan Ratminah.... Dan tidak disangka datanglah Teman Setianya Baridin yaitu GEMBLUNG,Dan baridin pun langsung memberi kabar pada Gemblung bahwa dia akan menikah dengan Ratminah, Dan gemblung pun terkejut dia berfikir apakah Baridin sudah gila kalu dia mau manikah sama Ratminah.. Gemblungpun menasehati Baridin untuk membatalkan niatnya menikah sama Ratminah karna tidak akan tercapai keinginannya itu... Tapi Baridin pun tidak menghiraukan nya.... Tetapi Gemblung sebagai sahabat sejati dia cuma bisa berdoa agar apa yang di cita-citakan oleh temanya itu tercapai.... Setelah itu Gemblung pun bergegas pergi meninggalkan Baridin.
Di lain waktu Baridin pun sedang berhayal bahwa cita-citanya dia akan menikah dengan Ratminah pasti tercapai... Alangkah senangnya Baridin saat itu..... Mamun di sisi lain baridin pun gelisah karna menunggu ibunda tercintanya lama tidak kunjung datang untuk memberi kabar gembira... Tidak lama kemudian Datanglah mbok wangsih dengan Wajah sedih,kecewa dan menangis... Baridin pu bingung sebenarnya apa yang Mbok Wangsih dapat dari rumah BapaDam????? Lalu Ia pun menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.... Mbok wangsi pun Lalu menceritakan tentang kejadian nya saat di melamar Ratminah.... Bliau Cerita, Bahwa dia sesampainya di rumah BapaDam, Bukanya di sambut dengan senyuman malah Mbok Wangsih di sangka PENGEMIS yang meminta uang sama mereka,Bahkan Bapadam sempat memberi uang recehan pada Mbokwangsih namun mbok wangsih menolaknya karna buakan itu maksut kedatangannya.... (singkat cerita) Lalu mbok wangsih pun Mengatakan niatnya datang kerumah bapadan untuk melamar Ratminah untuk anaknya Yaitu Baridin...... Sontak saat itu juga Bapadam juga Ratminah kaget "berani-beraninya kamu melamar saya,kamu nggak ngaca ya siyapa kamu? kamu itu orang miskin yang gak punya apa-apa,tau nggak?saya yang melamar sudah banyak bahkan semuanya orang kaya serba berlebihan, tapi tidak saya trima karna belum sebanding dengan kekayaan ayahku... najis kalau aku mau menerima lamaranmu "cuih" Bahkan ratminah pun meludahi Mbok wangsih..... Begitulah ceritsnya yang mbok wangsih alami saat melamar ratminah.....
Dan mbok wangsih pun marah-marah kepada Baridin, karna baridin telah mencoreng-coreng muka ibunya karna di suruh melamar Ratminah tapi hasilnya malah cacian dan ludah yang dia dapat... Dan tanpa berat hati Mbok Wangsih pun mengusir baridin dari rumah.... Baridin pun Tertunduk dan merasa sangat berdosa pada ibunya.... Sebelum ia pergi dia pun berjanji pada ibunya bahwa dia akan membalaskan sakit hati ibunya pada keluarga BapaDam juga Ratminah... Dia bersumpah bahwa dia tidak akan memaafkan ratminah walau sampai mati pun. Dengan rasa Sedih Dan Sakit hati Baridin pun pergi meninggalkan rumah.

Selepas kepergian baridin,Mbok wangsih pun meras sedih dan menyesal karna telah mengusir Baridin dari rumah.....Disi lain Baridin pun terus berjalan menyusuri jalanan yang terjal dan tampa arah dia terus berjalan... di tengah perjalanan di bertemu dengak Gemblung,lalu gemblung pun bertanya, lalu baridin pun cerita tentang kepergiannya dari rumah.... (singkat cerita) Lalu Gemblung pun merasa sakit hati karna teman sejatinya di tolak bahkan sampai di hina oleh kluarga Ratminah lalu dia pun memberikan Jampi-jampi/do'a/bacaan mantra,yaitu AJIAN KEMAT JARAN GOYANG yang dia peroleh dari orngtuanya yang sudah meninggal, mantra itu untuk menggaet wanita agar dia tunduk dan bisa jadi wanita itu jadi gila karna tergila-gila... Dan akhirnya Baridin pun mau untuk menjalankan ritual mantra itu dengan hati putus asa dan nekat,dia rela mati demi tercapainya ritualnya itu.
(SETELAH 40 HARI)

Baridin melakukan ritual itu selama 40 hari, Baridin merasa sangat tersiksa dan lemas karna selama 40hari dia tidak makan dan minum,se'akan badanya terasa mati.... Namun di sisi lain Ratmina yang merasa terkena ajian kemat jaran goyang,dia merasakan bahwa dia sangat kehilangan dan menyesal atas perbuatanya kepada baridin dan ibunya.... dia selalu teringat sama baridin dan dia selalu ingin bertemu baridin,bahkan dia berani mengajak ayahnya untuk mencari baridin dan dia bilang dia akan mencari baridin sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya.... Sonytak saja BapaDam terkejut atas tingkah anaknya yang selalu memanggil nama baridin.. KEesokan harinya Ratminah pun pergi dari rumah dan dia terus menyebut nama Baridin,Tanpa arah dia berjalan demi menemukan Baridin... dan lama-lama Ratminah pun jadi GILA karna terkena Ajian kemat jaran goyang yang di lakukan sama baridin. Di sisi lain baridin terus bekerja membajak sawahnya mang bunawas walau pun apa yang dia rasakan saat itu sungguh sangat menyakitkan, Mangbunnawaspun merasa kasihan terhadap Baridin,Mang bunawas tau kalau baridin sedang menjalankan ritual itu,dia berusaha untuk membatalkan ritualnya itu karna dia merasa kasihan, dia membawa nasi untuk baridin agar dia berbuka ritual puasanya,namun baridin menolak,Dan Gemblung juga sebagai sahabat sejatinya Membujuk agar baridin menghentikan ritual puasanya namun tidak di hirau kan juga... Tapi gemblung juga sempat mengasih kabar gembira buat Baridin,Bahwa Cita-citanya tercapay untuk membuat Ratmina menjadi gila... Baridin pun merasa senang dan sangat puas atas tercapainya apa yang dia inginkan...
Selang waktu kemudian Datanglah seorang wanita yang berpakaian acak-acakan menghampiri Baridin, Yang tidak lain adalah Ratminah Yang sekarang sudah menjadi GILA. Dan ratminahpun memohon kepada baridin agar dia mau pulang dan menikah denganya,namun Baridin tetap kukuh dalam pendirian nya,Bahkan dia bilang Pada Ratminah "KAMU ITU ORANG GILA MASA KAMU INGIN MENIKAH DENGAN SAYA ORANG WARAS,KAMU ITU COCOKNYA MENIKAH DENGAN ORANG GILA." dan dia juga bilang "MANA KESOMBONGANMU DULU,MANA KECANTIKANMU DULU" Tapi ratminah pun terus menerus mengajak baridin pulang dan menikah denganya... namun baridin tidak menghiraukan nya... Dan akhirnya Ratmina mungkin sudah merasa lelah capek dan lemas karna tidak makan, Ratminah pun terkulai lemas di pangkuan baridin dan dia berkata "AKU SUDAH TIDAK KUAT LAGI" dan akhirnya Ratminah pun MENGHEBUSKAN NAFAS TERAHIRNYA di pangkuan Baridin... Baridin pun terkejut dan dia berteriak minta tolong sama warga yang sedang berada di sawah.. lalu warga pun berbondong datang... 
SELANG BEBERAPA JAM KMUDIAN
Baridin juga merasa seluruh badanya lemas dia pun mulay ter kulay lemas dan nafasnya ter sengal-sengal, Gemblung pun merasa kaget karna melihat Nafas baridin ter sengal-sengal dan melihat mata baridin sudah mulai putih dia pun minta tolong kepada warga bahwa Baridin Mau Meninggal.... Tapi akhirnya sebelum baridin menghembuskan nafas terahirnya,Bliau menitip pesan kepada seluruh perempuan terutama yang cantik dan yang masih sendirian(belum menikah) " JANGAN SEKALI-KALI MENOLAK LAMARAN SEORANG LAKI-LAKI DENGAN SECARA KASAR,TOLAKLAH SECARA LEMBUT DAN BILANG PADA SI LAKI-LAKI "KALAU KITA TIDAK JODOH ,KITA BISA JADI SAUDARAAN AJA." 
SUMBER :Ajay.S

KISAH YANG SERUPA TENTANG BARIDIN....
MENGENANG KISAH BARIDIN & RATMINAH
Awalnya ingin kutulis sepotong SINOPSIS, namun entah tiba-tiba jadi ringkasan cerita yang menegangkan. Inilah kisah Drama Tarling Karya: Ki Haji Abdul Ajib atau akrab dipanggil Kang Ajid, yang beberapa kali saya saksikan baik saat keponakannku dihitan, Dan Kakak Sepupuku menikah di Desa Pabean udik Indramayu, Serta pertunjukan Kang Abdul Ajib di Cirebon.
Judul Aslinya AJIAN KEMAT JARAN GUYANG, Berikutnya dikenal dengan judul:KISAH BARIDIN DAN SURATMINAH atau LEGENDA BARIDIN DAN RATMINAH, CINTA YANG KANDAS dan kemudian menjadi latah dengan RATMINAH EDAN, KEDANAN BARIDIN, dan terakhir dikenal dengan sebutan lakon : "BARIDIN"
Dalam lakon semalam suntuk yang dipergelarkan Tarling Putra Sangkala ini,:
1
Baridin dikisahkan menjadi seorang jejaka yang terlewat usia karena selalu menunda masa lajangnya. Ia menyadari usianya memang sudah bukan remaja lagi. Namun kondisi perekonomian yang dialami semenjak ayahnya meninggal,tak kujung selesai. Baridin lebih memilih membantu ibunya, Mbok Wangsih, menjadi buruh tani. Namun mereka selalu bersyukur dengan kondisi yang diberikan oleh Allah tersebut.

Hidup berdua dengan seorang ibu yang memilih jadi janda untuk membesarkan anak semata wayangnya Baridin. Mbok Wangsih hanya ditinggali rumah gubuk yang sederhana. Di pinggiran sungai dengan beberapa pohon pisang. Selain beburuh tandur (buruh tani) Mbok Wangsih mendidik Baridin untuk bisa membantu hidupnya. Jadilah Baridin tukang mluku (pembajak sawah). Modal kesehariannya adalah weluku (Alat bajak) peninggalan bapaknya. Adapun kerbau untuk menarik bajaknya ia pinjam dari orang lain.
Sampai pada suatu hari Mang Bun (Bunawas) memberinya tugas untuk membajak sawahnya yang ada di perbatasan. Sebagai tanda pengikat Baridin memperoleh Nasi tumpeng dan bekakak ayam, juga wang bayaran. Usai sarapan pagi berangkatlah Baridin ke arah sawah milik Mang Bunawas.
2
Di sebuah desa di kota Brebes Keluarga Bapak Dam (H. Damuri) yang kaya raya, sombong, angkuh dan pelit, hidup bersama anak gadis semata wayangnya yang bernama Suratminah (dipanggil Ratminah). Bapak Dam, pagi itu melepas Ratminah pergi ke pasar untuk berbelanja memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bapak Dam, sepeninggal anaknya berkelakar dengan tetangganya dengan kebiasaan memamerkan kekayaannya, namun giliran menugaskan apa saja selalu saja ia sungkan memberi uang jasa, tanda terimakasih. Begitu juga disaat lewat tukang ramal, Bapak Dam tak mau membayar jasa ramalan, karena dalam ramlannya ia akan jatuh melarat dan anak-satu satunya Suratminah diramalkan akan menjadi gila. Bapak Dam pun mengusir peramal itu sembari mengumpat.
3
Di jalan sebelum masuk area pasar Brebes, Ratminah digoda beberapa pemuda brandalan yang memuji kecantikannya dengan harapan disambut baik, Tapi Suratminah malah menghardik mereka. Dengan keangkuhan dan kepercayaan diri sebagai wanita anak orang terkaya di kota nya. Ratminah berhasil melawan gangguan usil anak-anak berandalan itu. Namun niatnya berbelanja justru tertunda. Hingga siang hari ia dikesalakan terus menerus meladeni kekurangajaran para brandalan dan ditambah lagi dengan munculnya Baridin yang mengajak berkenalan sembari memanggul weluku.

Kehadiran Baridin yang berlagak menanyakan arah menuju Sawah Mang Bunawas, membuat kesal para berandalan yang sedang asik mengganggu Ratminah sembari wangsalan. Baridin rupanya tak puas dengan bertanya pada anak-anak pemuda brandalan, ia juga bertanya sembari berusaha mengenalkan diri pada gadis cantik yang membuatnya terpana dan ingin berkenalan.
Pertemuannya dengan Suratminah menimbulkan gejolak asmaranya ia jatuh cinta. Dan Baridin pun berusaha merayu dengan tembang dan sanjungan. Namun suratminah dengan seenaknya membolak-balikkan perkataan baridin sembari mengejeknya, karena Baridin seolah tidak bercermin kalau dirinya seorang pemuda miskin, dengan pakaian compang camping dan celana rombeng dengkulnya tambalan dan bau tubuh pengak keringat seorang petani.
Muncul anak-perempuan bertubuh kecil teman bermain dan sekolah Suratminah yang ikut mengejek baridin dan membucahkan perhatian Baridin yang asik merayu Ratminah.
Gara-gara pertemuannya dengan pemuda brandalan dan kesannya terhadap BAridin, Ratminahpun akhirnya gagal berbelanja. Ia menjadi kesal dan pulang ditemani teman-temannya. Begitu juga Baridin. Ia gagal berangkat ke sawah Mang Bun dan Baridin pun pulang kembali ke rumah.
4
Ibunya kaget melihat kedatangan Baridin. Selain masih siang, persoalannya juga karena uang bayarannya sudah diterima dan brekat tumpengnya sudah habis dimakan sementara Weluku milik baridin masih kering. Baridin hanya terdiam, ia malah asyik melamun. Membayangkan pertemuannya dengan Suratminah saat berkenalan di jalan Pasar kota Brebes. Ia lupa dengan yang ditanyakan ibunya. Bahkan saat Mang Bun datang menanyakan kenapa Baridin gagal menggarap sawahnya. Baridin dengan santai saja menjawabnya. “Kalau sabar ya besok dikerjakan,” jawabnya.

Mang Bun akhirnya meminta agar uang dan Brekat yang telah dibayarkan untuk dikembalikan. Baridin dengan santai pula meminta agar ibunya mengembalikan. Ibunya gelisah bagaimana mengembalikannya, Brekat sudah habis dimakan Uang sudah dibelanjakan. Baridin pun dengan santai pula menjawab ; “kalau tak ada ya gunakan sarungnya saja sebagai jaminan”. Mang Bun akhirnya menerima saja Sarung Baridin sebagai jaminan meski sarungnya apek dan sudah buluk (lapuk).
Sepeninggal Mang Bunawas, Mbok wangsih merasa malu atas ulah anaknya yang cepat sekali berubah. Namun ia agak girang juga manakala Baridin berterus terang bahwa dirinya tengah jatuh cinta pada seorang wanita dan ia menginginkan gadis pujaannya itu menjadi istrinya. Bayangan Mbok wangsih, ia bakal bisa menimang cucu dan rumahnya semakin ramai dengan suara menantu dan cucunya kelak. Namun mbok Wangsih kaget bukan kepalang manakala tahu perempuan yang menimbulkan anaknya terpincut itu seorang gadis kaum berada dan anak orang terkaya di Brebes pula.
Saking cinta dan sayangnya pada Baridin, Mbok Wangsih pun tak kuasa menolak permintaan anaknya untuk melamar Suratminah binti Bapak Dam di kota Brebes. Berbekal pisang hasil imbuhannya dari pohon pisang di samping rumahnya. Mbok wangsih berangkat menuju kota Brebes dengan petunjuk arah dari Baridin putra terkasihnya.
5
Di rumah Bapak H. Damiri (Bapak Dam) di kota Berbes. Pak Haji bingung dengan kepulangan anak perempuannya dengan wajah cemberut tanpa hasil belanjaan dan memulangkan kembali uang pemberiannya. Saat ditanya berbagai hal Ratminah yang masih kesal dengan anak-anak pemuda tak menjawab. Apalgi jika mengenang nama Baridin yang tiba-tiba jatuh cinta dan mengutarakan hasrat rasa hatinya utu kepadanya. Ratminah merasa pusing dan menyimpan kesan tersendiri dengan pemuda bernama Baridin yang lucu, lugu dan konyol itu. Namun dia harus tetap angkuh untuk menunjukkan status sosialnya sebagai anak orang kaya.

Bapak Dam pun mengingatkan agar Suratminah menikah saja, ketimbang sering kali kesat saat digoda pemuda. Harapan Bapak Dam, itu meminta agar Suratminah menerima lamaran kepada siapapun pemuda yang melamarnya. Karena selain badan sudah besar, Bapak Dam ingin rumahnya ada suara bayi dan ramai dengan suara manusia, tidak seperti hari-harinya yang senyap. Kalaupun ada suara lain Cuma kicau burung, salak Si Bopi anjing peliharaan dan suara Tekek yang menghiasi rumahnya. Namun Ratminah diam saja saat ditegur ayahnya agar kawin. Dia bingung, siapa yang kelak harus dipilih sebagai calon suaminya. Jujur saja ia pun sudah malas untuk ke sekolah. Namun begitu ia juga belum mengerti soal cinta.
Sampai kemudian Datang secara bergantian para pelamar yang disambut dengan keceriaan Bapak Dam. Maklum ia sudah merindukan anak perempuannya menikah. Sayangnya setiap kali datang pelamar setiap kali itu juga Ratminah menolaknya. Bahkan sampai pada kegelian dimana semua pelamar yang di tolak berkumpul, diantaranya Dalang tarling, Saudagar, Juragan, dan sopir. Mereka secara bersama-sama menyerang dengan ejekan dan hujatan pada Ratminah dan bapaknya.
Dasar orang kaya yang berkuasa. Bapak Dam dan Suratminah, berhasil mengusir semua lelaki yang gagal melamar anaknya itu. Akan tetapi baru saja mereka hendak masuk ke ruang tengah, terdengar rumah diketuk oleh seorang wanita sembari terheran-heran dengan kemewahan rumah bapak Dam. Bangunan, taman Sangkar perkutut dan Bopi anjing milik Bapak Dam, tak henti menyalak mengira perempuan itu adalah pengemis yang datang.
Suratminahpun membuka pintu dan langsung memberi sedekah. Tapi ditolak oleh perempuan yang datang. Perempuan yang bernama Mbok Wangsih itu malah tertegun dengan kecantikan Suratminah. Pantaslah jika Baridin anak semata wayangnya terpesona dan ingin sekali meminang untuk dijadikan istrinya. Akhirnya Suratminah memanggil bapaknya mendengar perempuan yang datang itu punya tujuan pribadi, bukan hendak mengemis.
Bapak Dam jadi bertambah kesal dengan laporan Suratminah. Baru saja ia dikesalkan dengan ulah arogan para pelamar yang ditolak anaknya, eh datang lagi perempuan aneh. Semakin bertambah kesal dan mangkel pula bapak Dam manakala Mbok Wangsih dengan jujur mengutarakan hasratnya untuk melamar Suratminah untuk putra yang dicintainya Baridin.
Mendengar apa yang dimaksud Mbok Wangsih, Bapak Dam dengan serta merta menghina, mengejek kemiskinan mbok Wangsih. Dengan hanya membawa pisang setundun, hendak melamar anaknya. Selain tertawa, bapak Dam, pun dengan keras menolak dan mengumpat atas kelancangan Mbok Wangsih. Namun Mbok Wangsih memaksa minta agar lamaranya diterima, demia anak kesayangannya Baridin. Mbok Wangsih pun meminta agar Surtaminah menjawab permohonannya.
Jika Bapak Dam sebelumnya telah menolak dan menghina dirinya Mbok Wangsih masih maklum. Namun setelah mendengar jawaban Suratminah yang menolak lamaran bahkan dengan keras ia menendangnya, serta meludahi mukanya sembari melemparkan pisang bawaan ke tubuhnya. Mbok wangsih menjadi sakit hati dan perasaannya terkoyak. Ia menyalahkan Baridin yang tidak mau bercermin terebih dahulu sebelum menentukan keinginannya. Dengan tubuh lunglai dan hati yang robek Mbok wangsih meninggalkan rumah bapak Dam. Dengan pikiran kesal dan penuh kemarahan pada Baridin.
6
Di rumah gubug bambu beratap rumbia, Baridin menatap langit bercahaya rembulan dengan keindahan semburat merah yang memancar bagai impian dan harapannya yang berpendaran di kepalanya. Sedang asyik melamun hingga ke puncak harapannya dapat menikahi gadis pujaannya Suratminah berkat usah Ibunya yang kini tengah berangkat seharian melamar dan belum pulang. Baridin dikejutkan dengan kedatangan Ibunya yang kembali dengan wajah sedih dan buntelan pisang yang masih utuh.

Baridin pun bertanya, barangkali saja ibunya kecapean karena tidak berhasil menemukan rumah Suratminah. Namun apa yang dikiranya justru terbalik. Ibunya ternyata gagal dalam upaya melamar Suratminah menjadi istrinya. Baridin tertegun dengan apa yang diceritakan ibunya.
Ungkapan marah dan keperihan hati ibunya masih bisa diterima oleh Baridin, karena ia mengakui kemiskinan yang menjerat hidupnya. Namun sikap angkuh Bapak Dam dan Suratminah yang tak dsangka berani menghina dan meludahi wajah ibunya, justru yang membuat Baridin menjadi ikut sakit dan mendadak sontak ia rubah cintanya menjadi benci, kemarahan dan dendam yang tak tertahankan.
Ditambah lagi manakala mbok Wangsih mengusirnya, karena merasa dipermalukan oleh sikap tolol Baridin. Mbok wangsih dengan kemarahan yang meluap dengan tega malam itu mengusir Baridin dari rumah. Mbok Wangsih merasa malu dengan sikap anaknya yang tak mempertimbangkan kondisi kemiskinan dan kemelaratan yang melanda keluarganya.
Baridin, sembari menahan tangis dan batin yang tersayat, terus berjalan di kegelapan malam. Ia meninggalkan ibu dan rumahnya. Baridin berjalan sampai jauh ke arah Kulon, sembari mengumbar dendamnya. Sampai kemudian ia bertemu dengan sahabat karibnya.
7
Sahabat Karib Baridin bernama Gemblung Binulung (Meski punya wajah seperti orang gemblung tapi suka menulung). Gemblung ikut prihatin atas nasib sahabatnya Baridin. Kembali ia berniat menolong meredakan api cinta Baridin pada Suratminah. Baridin hampir tidak percaya jikalau Gemblung sahabatnya yang berwajah bloon itu dapat memberikan pertolongan pada nasibnya yang sial. Tapi setelah gemblung mengatakan memiliki ajian peninggalan mendiang bapaknya, dan Baridin membaca sebuah rapalan dari kertas tua dengan judul Ajian Kemat Jaran Guyang, ia pun percaya.

Atas nasehat sahabatnya itu Baridinpun pun kemudian ditugasi mandi mengambil, air suci lalu melakukan niat berpuasa pati geni selam 40 hari empat puluh malam dengan membaca niat di malam kelahirannya berkisar pukul 12 malam.
Malam itu dalam keremangan, suasana yang wisik. Baridin Merapalkan Ajian Kemat Jaran Guyang. Alam tiba-tiba bergetar. Langit memunculkan udara panas. Bau kemenyan yang lemah merambah ke mana-mana. Orang yang terasa terbangun dari tidurnya. Ia yang lemah imannya dan yang dalam hidupnya selalu sombong bhakan kerap berlaku angkuh, malam itu dibangunkan dari tidur.
8.
Di rumah Bapak Dam, menjelang jam satu. Ia dikesalkan dengan bunyi tokek yang berulang-ulang. Kekesalan dikarenakan saat dihitung suara tokek itu, jatuhnya pada hitungan miskin. Begitu juga saat dibalik tetap saja jatuhnya di hitungan miskin. Begitu juga disaat Tukang Tongprek lewat tengah malam yang merasa aneh dengan belum tidurnya bapak Dam. Saat ditanya soal Bunyi Tokek Bapak Dam malah kecewa dan ngedumel sendiri

Pagi hari kekesalan terus bermunculan. Bapak Dam kaget dengan ulah Ratminah yang malas-malasan dan sedikit-sedikit tertawa dan cengengesan sendiri sambil mengucap dan menyebut-nyebut Kang Baridin. Dan Bapak Dam tak mengerti siapa itu Baridin.
Kekesalan Bapak Dam, semakin bertambah saat menugasi Ratminah nggodog Wedang, setelah ditunggu lama ia muncul membawa golok. Saat disuruh mandi dia malah diam sendiri. Lagi-lagi Ratminah menyebut kata Kang Baridin secara berulang-ulang. Bapak Dam tambah bingung manakala anaknya berdandan dengan pakaian yang jelek dengan rambut diuraikan tak teratur dan keluar rumah sembari bertanya pada tetangga tetangganya dimana Kang Baridin.
Ratminah terus berjalan dan semakin jauh meninggalkan rumah dan bapaknya. Ia berjalan, berlari seperti kuda yang tak kenal lelah. Ia berlari sembari berteriak-teriak menyebut Kang Baridin. Ratminah lupa makan dan minum. Ia terus meneriakkan keinginannya bertemu kang Baridin.
Ratminah terguncang jiwanya. Sikapnya berubah labil. Dia selalu memuja Baridin dan berjalan sembari mengundang nama Baridin. Ia menjadi tertawaan anak-anak karena dia memang layak disebut Wong Edan.
9.
Bapak Dam pun secara serentak jatuh miskin. Uangnya dihambur-hamburkan untuk memberi upah pada tetangga dan orang-orang yang mengaku bisa menyembuhkan Ratminah dan siap mencari Suratminah. Namun tiada ada yang berhasil. Sampai suatu hari ia mengalami kerugian besar, karena orang yang mengira berhasil mendapatkan Ratminah dengan ciri-ciri rambut Terurai dan pakaian rombeng dan setiap kali menyebut kata Baridin ternyata salah. Bukan Ratminah. Perempuan yang juga menjadi terlunta-lunta mencari Baridin adalah Mbok Wangsih. Akibat salah persepsi itu, Bapak Dam pun akhirnya pergi meninggalkan rumah, entah kemana terus mencari anaknya sembari menangis.
10
Mbok wangsih dalam kondisi terikat, dalam kekuasan Bapak Dam akhirnya menangis dan meminta tolong pada siapapun. Dengan janji kalau yang menolong laki-laki ia bersedia menjadi suaminya. Sumpahnya terdengar oleh Gemblung Binulung. Ia lah yang menyelamatkan Mbok Wangsih dan memberi petunjuk keberadaan Baridin di Desa Jagapura. Namun Mbok Wangsih menolak diajak kawin Gemblung Binulung. Selain usianya masih sangat muda, Gemblung kan sahabat akrab Baridin. Dan penolakannya karena gemblung itu orangnya ya memang gemblung, aneh. Tapi mbok Wangsih tak kuasa menerima kebaikan Gemblung binulung.
11
Di Desa Jagapura Baridin tengah bekerja membajak sawah sembari menggerakkan Kerbaunya, Baridin bernyanyi mengenang hati sanubarinya yang perih dan merana. Ia masih juga puasa dan belum mau berbuka, sebelum melihat dengan kepala sendiri hasil ajian yang dilakoni atas petunjuk sahabatnya gemblung Binulung.

Sampai pada suatu hari Suratminah datang. Di pinggiran sawah yang tengah digarap Baridin wanita itu menangis. Wajahnya yang cantik terbaur dengan debu jalanan. Bajunya compang camping penuh debu dan bau lumpur akibat perjalanan jauh. Suaranya kian serak memanggil manggil berjuta kali, nama Kang Baridin. Ia menangis di kaki Baridin, sembari meminta maaf. Namun Baridin dengan tegar, hanya terdiam. Belum mengeluarkan kata maaf, karena Baridin malah mbongganaken (menyalahkan) sikap buruk dan kesombongan Suratminah dan Bapaknya yang menghina Ibu yang dicintainya; Mbok Wangsih.
Ratminah akhirnya tak kuat lagi menahan cinta dan kasihnya. Ia peluk Baridin dengan kekuatan yang trsisa, saat itu juga Ratminah merobohkan tubuhnya yang lemas, ia meninggal dunia. Baridin tersentak. Ia dan penduduk setempat kemudian mengebumikan jenajahnya di Pekuburan Desa Jagapura.
Sore harinya menjelangmagrib usai tahlillan almarhum Suratminah, Baridin mendadak terjatuh tak kuat dengan kondisi tubuhnya yang lemah. Niatnya hendak berbuka puasa selepas magrib pun gagal. Ia pun meninggal dengan tubuh meluruk di atas tanah di hadapan majelis tahlil.
Esok harinya masyarakat Desa Panguragan menguburkan jenajah Baridin di samping kuburan Suratminah. Mereka menjadi pasangan cinta yang agung di alam kubur. Sedang kedua orang tua dan sahabat-sahabat yang dicintainya hanya bisa tertunduk haru di makam kedua pasangan yang gagal menyatu menjadi pasangan cinta didunia, akibat dari perbedaan status ekonomi yang berbeda. Tangisan dan airmata berjatuhan dimana-mana. Bahkan saat saya menulis kembali kisah ini. Demi Allah saya menangis. Menangis...Kenapa kemiskinan selalu saja menjadi sumber petaka atas kehidupan manusia di dunia.
Demikian rentetan kisah “Ajian Kemat Jaran Guyang”, Atau kisah Baridin dan Ratminah.****(dikisah ulang oleh Nurochman Sudibyo YS. pemerhati perkembanagn Tarling Klasik dan Teaer Rakyat)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »