LOSARI ( PANGERAN LOSARI / ANGKAWIJAYA )

07:24
LOSARI ( PANGERAN LOSARI / ANGKAWIJAYA )
Melongok ‘Kiprah Panembahan Losari Dalam Mendirikan Caruban Nagari ‘
Berdasarkan serat keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat, Panembahan Losari, atau Pangeran Angkawijaya-yang makamnya berada di pemakaman Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, adalah merupakan cucu Sunan Gunung Jati. Panembahan Losari adalah anak dari perkawinan pasangan Ratu Wanawati ( Cirebon ) dengan anak keturunan Raja Demak, Pangeran Dipati Carbon.
Panembahan Losari, diyakini selain sebagai ahli agama, juga mempunyai keahlian lain di bidang seni. Konon motif batik corak Mega Mendung, corak Gringsing adalah hasil dari buah kreasinya. Hasil kreasi lainnya menciptakan Kereta Kencana yang kini tersimpan di Kasultanan Kasepuhan Cirebon. Selain itu dia diyakini juga merupkan pencipta Kesenian fenomenal asal Losari yakni Tari Topeng yang biasa dipentaskan oleh (Alm) Nyai Sawitri Maestro Tari Topeng Losari Cirebon.
” Pangeran Angkawijaya merupakan keturunan kasunan Cirebon, yang menyingkir ke Desa Losari dengan tujuan mengembangkan bakat-nya dibidang kreasi kesenian,” ujar Umarno, Ketua sekertariat Makam Panembahan Losari memberikan prolog saat membuka acara GOTRASAWALA 2014 ( Munsyawarah Keluarga),
Menurut Umarno, acara GOTRASAWALA 2014 yang diadakan di tempat alun-alun (Dalem Pesarehan / Makam Angkawjiya) menampilkan berbagai bentuk kegiatan, seperti seminar sejarah dengan tema “ Kiprah Panembahan Losari (Angkawijaya) Dalam Mendirikan Caruban Nagari”.
Pameran Kereta Kencana Singa Barong hasil kreasi Pangeran Angkawijaya, yang sengaja didatangkan dari Kasultanan Cirebon, Kreasi Kuda lumping, pameran barang pusaka seperti keris peninggalan Panembahan Losari, serta pertunjukan Tari Topeng yang dipentaskan oleh cucu Maestro Tari Topeng Losari Sawitri, bernama Nani.
Sebagai pelaku pementasan tari Topeng, Nani seusai melaksanakan pertunjukannya kepada pada hadirin menuturkan, meski dia sudah ratusan kali mementaskan Tari topengnya, namun baru kali ini, setelah melakukan pementasan di dalem Makam Angkawijaya terasa ada suasana magis yang menyertainya.
” Saya juga tidak tahu, kenapa sepertinya ada energi lain yang menyertai saat mementaskan Tari Topengnya,” ujar Nani usai membawakan gerak Tari Topengnya.
Nani meyakini hal ini, karena dirinya mementaskannya dekat dengan tempat Panembahan Losari sebagai pencipta Topeng yang sebagian dimiliki beserta gerak tarinya.
Seperti diceritakan dalam Babad Tanah Losari – Yang diambil dari Kisah Babad Tanah Cirebon ( Kitab Purwaka Caruban ) menyebutkan, Pangeran Angkawijaya menepi dari kehidupan Keraton karena tidak ingin terkungkung dengan sistem kehidupan Kerajaan yang serba gemerlap. Selain itu juga penyingkiran dari istana kasultanan karena adanya konflik Internal soal perjodohan antara dirinya dengan kakaknya yakni Panembahan Ratu.
Saat itu Panembahan Ratu yang termasuk kakak Angkawijaya hendak menikahi Putri dari Raja Pajang yakni Nyai Mas Gamblok. Secara harafiah putri Gamblok lebih naksir sama Panembahan Losari (Angkawijaya), namun karena urutan usia, Panembahan Ratu yang lebih tua menyatakan berhak mengawini Nyai Mas gamblok.
Dari pada hal yang tidak dinginkan terjadi, pangeran Panembahan Losari ( Angkawijaya) lalu pergi ke arah Timur dari tanah Cirebon hingga menetap di daerah pedukuhan pinggir sungai Cisanggarung yang akhirnya dinamakan Losari.
” Pangeran Angkawijaya ke daerah Losari dan menjadi seorang Asksetis ( bertapa dalam sunyi ) meninggalakan gemerlapnya dunia Keraton Cirebon, ke daerah Losari hingga meninggalnya,” ujar Sejarahwan Brebes Widjanarto SPd, yang juga Kasi Kebudayaan di Dinas Pariwisata Kabupaten Brebes.
Kepergian Angkawijaya dari Keraton Cirebon karena di picu konflik Internal Keraton yang juga menimpa Keraton-keraton lain di Jawa. Jadi hal ini wajar. Namun oleh, Panembahan Losari ( Angkawijaya ) dirinya lebih mengalah untuk pergi mencari jatidiri menjauhi kehidupan Keraton, tambah Widjanarto.
Pangeran Angkawijaya tercatat meninggal pada tahun 1580 dan dimakamkan di desa Losari Lor, Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.
Sementara itu, Ketua Panitia Penyelenggara GOTRASAWALA Umarno mengungkapkan, acara ini merupakan acara Khaul rutin bersamaan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW berikut Sedekah Bumi. Namun pada tahun 1980-an kegiatan rutin tersebut dihadiri oleh pihak Kasultanan Cirebon yang di wakili Pangeran Sulendaningrat, dan oleh beliau setiap acara Khaul panitia diberi mandat untuk membacakan silsilah Panembahan Losari.
Untuk puncak acara GOTRASAWALA, 2014 diadakan kirab budaya yang dihadiri Bupati Brebes Idza Priyanti SE. Kirab akan mengarak Kereta Kencana yang sengaja di datangkan dari Keraton Kasepuhan Cirebon, berupa Kereta Singa Barong, buah karya cipta Panembahan Losari atau dikenal juga Pangeran Angkawijaya.
Rute kirab yakni dari tempat Pesarehan atau Makam Angkawijaya desa Losari Lor, ke arah selatan jalan Pantura dan berbelok ke Utara desa Kecipir dan pulang kembali ke Dalem Pesarehan Makam Panembahan Losari. (AFIF. A)
------------------------
DESA LOSARI LOR DAN LOSARI KIDUL
Desa Losari Lor asal mulanya bernama Desa Madenda, kemudian diganti oleh Pangeran Suryawinata bernama Desa Pakuwon.
Pada masa dahulu kala ada seorang Ratu bernama Giling Wesa mempunyai 2 (dua) orang anak bernama: 1. Jaran Sari 2. Jaran Purnama.
Keduanya dibuang oleh orang tuanya ke hutan belantara, kemudian anak tersebut akhirnya mengembara, maka sampailah di Desa Pakuwon. Karena kedua anak tersebut tidak mempunyai tujuan yang tentu sedangkan di Desa Pakuwon keadaannya menyenangkan, maka kedua anak tersebut agak lama beristirahat di Desa Pakuwon ini.
Dengan demikian istilah tapakan inilah, maka Desa Pakuwon diganti namanya Desa Sari yaitu mengambil daripada tapakan Jaran Sari.
Pada tahun 1816 terjadilah peperangan antara Kerajaan Mademung. Pada waktu itu Kerajaan Mataram merasa kewalahan oleh Kerajaan Mademung, akhirnya Kerajaan Mataram minta bantuan pada Sultan Cirebon yang dipimpin oleh Patih Untung Surapati.
Kerajaan Medemung sekarang kewalahan, karena Kerajaan Mataram dibantu oleh Sultan Cirebon .
Kerajaan Medemung minta bantuan pada Belanda yang berada di Batavia, Belanda pada waktu itu dengan segera membantu Kerajaan Medemung dengan mengarahkan pasukannya yang dipimpin oleh seorang Perwitra tinggi bernama Ambral untuk menghancurkan Kerajaan Mataram dan menangkap Untung Surapati, namun demikian pasukan Belanda tidak berhasil.

Akibat kegagalan usahanya maka pasukan Belanda membuat kubu-kubu pertahanan, maka dibangunlah kubu-kubu tersebut di Desa Sari yang sekarang diberi nama Blok "Pesanggrahan" Desa Sari.
Belanda selalu dalam keadaan prihatin menghadapi pasukan Kerajaan Mataram sehingga pasukan Belanda terus menerus melatih pasukannya dalam ilmu perang dan baris berbaris di salah satu tempat.
Di Kecamatan Losari ada yang bernama Desa BarisanJenderal Ambral yang memimpin pasukan perang Belanda .
Setelah Belanda merasa kekuatan pasukannya sudah cukup memadai maka Jenderal Ambral menanam pohon LO di tepi sungai Cisanggarung.
Mengingat pohon LO tersebut pohonnya kuat dan angker, maka pohon LO tersebut dianggap sebagai lambang kekuatan pasukan Belanda yang sudah cukup memadai, akhirnya Desa Sari diganti dengan nama Losari sebagai tanda bukti kekuatan pasukan perang Belanda yang berlambangkan pohon LO tersebut sudah kuat.
Karena Desa Losari terpisah oleh Jalan Raya, maka sebagian sebelah Selatan Jalan Raya bernama Desa Losari Kidul dan Sebelah Utara Jalan Raya bernama Desa Losari Lor.
-----------------------
Kisah lain yang serupa...
BABAD TANAH LOSARI
TAN TUSAHA NALENDRA PANGERAN LOSARI HING CARUBANAN
Windi kersah hadirakaha, pada saat kerajaan Cirebon dipimpin oleh dinasti Sultan Panembahan Ratu,Sultan kedua Cirebon (buyut dari sunan Gunung Jati,Syekh Syarif Hidayatullah)
pengembangan Islam pada saat itu mengalami kesuraman tidak seperti pada masa kakek buyutnya.
RINGKASAHA PANATA SEJARAH HING CARUBANAN
hal ini akibat dari tumbuh mekarnya kerajaan2 Budha di sekeliling cirebon,padahal dahulu saat sunan gunung jati memimpin kerajaan cirebon semua raja2 buda hampir tidak berkutik.dan setelah mengalami kesuraman beberapa tahun silam kini mulai bangkit lagi menyusun kekuatan, adapun Raja2 Budha yg sekarang mulai bangkit itu tidak lain adalah anak cucu dari raja2 yg terpukul Mundur dari zaman kesultanan Cirebon, diantaranya NYI MAS KIRANA DI CIBEO RAWAIAN,(ADALAH CUCU DARI MENJANGAN WULUNG).ARYA SELA DI DERMAYU,CUCU DARI CUNTANG BARONG,NYI GEDENG TEPASARI CUCU DARI NYI ENDANG SETIAJI YAITU DI DAERAH UJUNG KERANGKENG,KI RUKMADITA CUCU DARI KI MAJALAKU DI PESISIR TIMUR DAN DI PEGUNUNGAN ADALAH TEMANGGUNG DIPASARA CUCU DARI KI GARANG SEANG.
Mereka semua raja2 Budha bersepakat untuk membuat perhitungan dengan kesultanan Cirebon sebagai pelampiasan dendam atas kakek buyutnya.Akan tetapi pelampiasan dendam mereka tidaklah wajar melainkan dengan siasat yang licik,yakni dengan sihir ilmu hitam,salah satu tindakan mereka adalah dengan mendatangkan wabah penyakit sehingga hampir seluruh rakyat cirebon ditumpes habis kena wabah penyakit yg merajalela.Menyaksikan kejadian yg begitu menyedihkan,Panembahan Ratu sebagai pemimpin segera mengadakan sidang untuk menanggulangi hal tersebut agar jangan berlarut2.Lalu keluarlah saran dari seorang sesepuh Kesultanan bernama Pangeran Wirasuta,bahwa untuk menghadapi Raja2 Budha itu sangat diperlukan waktu yg lama dan tidak dapat dilakukan oleh siapapun kecuali oleh adik kandungnya sendiri yaitu PANEMBAHAN ANGKAWIJAYA.
Dengan menyebut nama Allah lebih dahulu dan memohon restu dari kakaknya Panembahan Ratu,Pangeran Angka wijaya berangkat tanpa seorangpun yg menyertainya untuk menaklukkan raja2 budha disekitar wilayah cirebon.Adapun tempat tujuan Pangeran Angka Wijaya yang pertama ialah Cibeo Rawaian,sebab yang menjadi raja disitu adalah seorang perempuan bernama Nyi Mas Kirana yang sangat sakti seperti kakeknya Menjangan Wulung yang dulu pernah membuat hura-hura di mesjid Agung Sang Cipta Rasa di kasepuhan cirebon.Dengan penuh hormat Pangeran Angka Wijaya mengajak Nyi Mas Kirana untuk hijrah ke agama Islam dan meninggalkan perbuatan yg sesat.Namun ajakan itu tidak sedikitpun mempengaruhi Ratu Budha itu.Bahkan kedatangan Pangeran Angka Wijaya dianggapnya mengantar nyawa untuk menebus kematian kakeknya Menjangan Wulung.Sehingga percakapan dari keduanya berakir dengan perang tanding.Benar saja kesaktian Nyi Mas Kirana hampir tiada tandingannya,selendangnya bila dikibaskan dapat mendatangkan Angin Badai yang bisa menghempaskan siapapun di depannya sehingga Pangeran Angka Wijaya hampir dibuatnya seperti kapas.Namun beliau tetap ber itikad bahwa yang batil tetap musnah.Dengan teriakan Allahu akbar Pangeran Angka wijaya dapat melumpuhkan Nyi Mas Kirana .Dari Cibeo Rawaian Pangeran Angka Wijaya menuju Indramayu untuk menundukkan Arya Sela cucu dari Cuntang Barong.Puncak kesaktiannya pada pandangan matanya.Dia bisa membuat siapa saja yang dipandangnya berubah jadi batu.Dari situ beliau menuju ujung Kerangkeng, masih disekitar Indramayu.Disitu bangkit satu kelompok Budha yang di pimpin oleh Nyi Gedeng Tepasari cucu perempuan dari Nyi Endang Setiaji.satu kerajaan kecil tapi mempunyai pasukan yang banyak sebab kesaktian Nyi Gedeng Tepa Sari bisa menciptakan pasukan dari batang merang atau oman yang berubah menjadi prajurit,pantas saja dia tidak pernah kehabisan tentaranya.
Belum sampai disitu saja Pangeran Angka Wijaya berusaha untuk meng Islamkan raja-raja Budha,beliau terus melanglang buana sampai ke pantai timur,disitu beliau jumpai Ki Rukmadita cucu dari Ki Majalaku
Selesai menundukkan Ki Rukamadita,Pangeran langsung menuju pegunungan untuk menjumpai Ki Garang Seang cucu dari tumenggung Dipasara, pada raja yang satu ini beliau bertindak keras sebab beliau ingat bahwa raja ini adalah keturunan dari Galuh musuh bebuyutan Cirebon.dan berkat ijin Allah semua raja2 budha di sekitar Cirebon dapat ditaklukkan sehingga Cirebon terbebas dari ancaman luar.
Setelah beberapa raja dan ratu ditaklukkan saat itu juga di kesultanan Cirebon mengadakan syukuran atas karunia Allah yang diberikan sehingga perjuangan menegakkan kalimat tauhid mencapai puncak kemenagnan.Namun Disaat2 yang poenuh khidmat itu pangeran Angka Wijaya duduk tafakur sambil sedakep sinuku tunggal berserah kepada sang khalik tiba2 beliau melihat bayangan seekor binatang sejenis burung Garuda tetapi bersisik seperti ular dan berbelalai bagai gajah,dari bayangan itu lalu pangeran melukisnya di atas tanah.Beberapa hari kemudian lukisan itu dibuat seperti patung dari kayu yang diukir.Akirnya terwujudlah sejenis binatang berkombinasi antara burung,ular dan gajah.Itulah yang kita sebut “PAKSI NAGA LIMAN’ yang sampai kini masih tersimpan di keraton kanoman cirebon.Kemudian hasil karya seninya itu dipersembahkan kepada Sultan Panembahan Ratu.Dari situlah Pangeran Angka Wijaya mengembangkan bakat seninya selain Paksi Naga Liman juga Gua dan Taman Air Sunya Ragi semua hasil dari karya beliau yang bisa kita lihat sampai sekarang di Cirebon. Dari beberapa kelebihan dan keahlian yang dimiliki oleh beliau maka Sultan Panembahan Ratu beserta sesepuh Kesultanan Cirebon memberi sebutan kepada Pangeran Angka Wijaya sebagai “PANEMBAHAN LOSARI”
Setelah dirasa keadaan keamanan kerajaan sudah kondusif Sultan Panembahan Ratu berhajat untuk punya permaisuri tak lain yang dipilih adalah Putri Mahkota dari kerajaan Pajang yaitu Ratu Nyai Mas Gelampok,sedangkan untuk mendapatkan putri itu sangatlah berat sebab harus berhadapan dengan pasukan kerajaan yang terdiri dari bangsa jin dan syaitan.maka jalan satu satunya adalah menugaskan kembali adiknya Panembahan Losari.Dengan perjuangan yang sangat berat menaklukkan kerajaan pajang akirnya Ratu Nyai Mas Gelampok bisa diabawa untuk dipersembahkan kepada kakaknya saebagai permaisuri Sultan Panembahan Ratu.Akan tetapi,tiba-tiba Ratu Pajang itu membelalakkan matanya,dia terkejut ketika dipersaembahkan kepada Sultan Panembahan Ratu,toh yang berhak atas dirinya itu adalah Pangeran Losari yang telah berhasil menaklukkannya,selain daripada itu dalam hati sang ratu lebih cocok dengan pangeran Losari.setelah diceriterakan panjang lebar oleh Pangeran Losari barulah Ratu Gelampok hatinya mulai lunak dan menyerah kepada apa yg bakal terjadi pada diinya.
Namun demikian siapun saja yang masih muda tidaklah mudah untuk melupakan seorang yang pertama kali jadi tambatan hatinya.Setelah menjadi permaisuri Panembahan Ratu tidaklah jarang Ratu Gelampok membuat ulah terhadap Pangeran Losari namun usahanya tidaklah mendapat sambutan dari pangeran Losari.
Akhirnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan itu, Pangeran Losaari mengambil keputusan untuk memisahkan diri dari kesultanan. Malang tak dapat ditolak,untung tak dapat diraih,warga kesultanan terpaksa harus berepisah dengan Pangeran Losari.
Kepergian Pangeran Losari dari Kesultanan diiringi isak tangis keseganan warga kesultanan,terlebih lebih permaisuri Ratu Gelampok.Pandangan matanya terus ditujukan pada orang yang meninggalkan kesultanan itu.Semakin jauh Pangeran melangkahkan kakinya,hingga lenyap daripandangan sang Ratu.
Dengan lega hati,Pangeran Losari meninggalkan Kesaultanan ,beliau berjalan terus ke aras timur dan akirnya menetap di pedukuan ditepi Sungaui Cisanggarung sebelah Timur sampai dengan akir hayatnya.Dia berada disini dan dimakamkan disini ,maka pedukuan itu oleh masyarakat dinamai pedukuan Losari.Beliau wafat +1580.Demikianlah sekelumit kisah tentang Babad tanah Losari.Sumber ceritera ini diambil dari kisah babad tanah cirebon.
Wallahualam bishshawab...

sumber: S SULENDRANINGRAT
catatan dari penulis lain
Pangeran Losari lahir 1518 M Nama kecil Pangeran Losari adalah Pangeran Angkawijaya.
A. Keluarga Pangeran Losari
– Nama Ayah : Pangeran Pasarean atau Pangeran Mas Muhamad Arifin bin Syeikh Syarif Hidayatullah atau Pangeran Nata Ing Suwarga.
– Nama Ibu : Ratu Nyawa binti Raden Fatah Amiril Mukminin Alamul Akbar (Raja Demak) menikah tahun 1515 M (Ratu Ayu Wulan).
– Nama Saudara : Pangeran Ksatrian (1516) Kakak
Pangeran Suwarga (1521) Adik
Pangeran Emas (1523) Adik
Pangeran Sentana Panjunar (1525) Adik
Pangeran Waruju (1528).
– Tempat tinggal : Di Jalan Pulasaren (sekarang menjadi Kraton Kacirebonan, setelah dibeli oleh Ratu Ayu Rasminingpuri (1813)
– Nama Anak : Pangeran Panenggah (yang menggantikan kedudukan sebagai Panembahan Losari ke 2)
Pangeran Arya
Ratu Salambitan
Pangeran Gunung Panti.
Silsilah Keturunan Pangeran Losari di Kraton Kaprabonan
Pangeran Losari
Pangeran Gunung Panti
Ratu Sultan Panengah >< Sultan Muhamad Badridin
Pangeran Raharja Adipati Kaprabon
Pangeran Kusumaningyun
Pangeran Brataningrat
Pangeran Raja Sulaeman Sulendraningrat
Pangeran Muhamad Arifudin Kusumabratawirya
Pangeran Adikusuma
Pangeran Angkawijaya Muhamad Amarullah
Pangeran Aruman Raja Kaprabon
Pangeran Herman Raja Kaprabon
Pangeran Hempi Raja Kaprabon
B. Pendidikan Panembahan Losari
1. Guru Pangeran Losari yang pertama tentu saja ayahnya sendiri yaitu Pangeran Pasarean. Kemungkinan Pangeran Pasarean wafat pada tahun 1552 – 1553 M. Jadi Pangeran Losari menjadi yatim setelah umur 34 tahun.
2. Guru Pangeran Losari yang kedua adalah ibunya sendiri, Ratu Ayu Wulan. Ratu Ayu Wulan adalah putri Raden Fatah Raja Demak. Sebagai seorang putri raja tentu saja Ratu Ayu Wulan sangat faham terhadap masalah ketatanegaraan.
3. Guru Pangeran Losari yang utama tentu saja kakeknya sendiri yaitu Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1570 M . Jadi ketika Pangeran Losari berumur 52 tahun, kepada Sunan Gunung Jati Pangeran Losari belajar ilmu-ilmu fikih, ketatanegaraan, tasawuf, dan ilmu-ilmu agama lainnya. Sebelum mangkat Sunan Gunung Jati pernah memberikan pelajaran kepada para putra wayah, yang disaksikan oleh Sunan Kalijaga, Pangeran Panjunan, dan Pangeran Kejaksan. Pelajaran itu diberikan di Pesantren Bukit Nurgiri Ciptarengga (Gunung Sembung).
4. Guru utama Pangeran Losari yang lain adalah Sunan Kalijaga. Selama masa pemerintahan Sunan Gunung Jati (1482 – 1570 M) dan masa pemerintahan Panembahan Ratu I (1570 – 1649 M) Sunan Kalijaga bermukim di Cirebon. Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu I Sunan Kalijaga lebih banyak berada di padepokannya di daerah Pesayidan (Kelurahan Argasunya). Namun selalu memberikan perlindungan kepada Panembahan Ratu I. Pada masa inilah kesempatan Pangeran Losari banyak belajar kepada Sunan Kalijaga. Kepada sang Sunan Pangeran Losari belajar tentang ilmu keprajuritan, ilmu kanuragan, ilmu seni, dan ilmu tasawuf. Kemampuan Pangeran Losari dalam berkesenian dapat disejajarkan dengan murid-murid Sunan Kalijaga yang lainnya, yaitu :
– Sunan Kudus → pencipta Rumah Adat Kudus.
– Pangeran Hadiri suami Ratu Kalinyamat → Pelopor ukiran Jepara.
Selain tokoh-tokoh yang disebutkan diatas tokoh yang hidup semasa dengan Sunan Gunung Jati yang kemungkinan besar menjadi guru dari Pangeran Losari adalah Pangeran Panjunan, Pangeran Kejaksan, dan Pangeran Carbon putra Pangeran Cakrabuana (Mbah Kuwu). Namun hubungan tersebut dengan Pangeran Losari sebagai guru, kami belum menemukan catatan tertulis maupun data lisannya.
C. Karya Pangeran Losari
– “Naskah Purwaka Samasta Bhuwana” salinan dari naskah karya pujangga dari Sriwijaya, yaitu Darmakirti yang ditulis pada tahun 1020 M. kemudian oleh Pangeran Wangsakarta dialih bahasakan dari bahasa melayu kuno ke dalam bahasa kawi/jawa kuno.
– “Naskah Ramayana” merupakan karya saduran dari kary Mpu Valmiki dari India.

– Kereta Singabarong. Kereta ini merupakan karya bersama dengan Ki Natagana dari Kaliwulu.(Penulis : Rafan Safari Hasyim,S.Ag. M.Hum)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »