SENDANG BULUS JIMBUNG

21:42

SENDANG BULUS JIMBUNG Terjadinya
keramaian tradisioanal Syawalan setiap 8 Syawal,Desa Jimbung,Kalikotes,Kabupaten
Klaten. Pada
zaman dahulu ada sebuah kerajaan di daerah Jepara,bernama kerajaan
Wirotho.keadaan Negara yang aman,tentram berkat kepemimpinan sorang ratu yang
bergelar Sri ratu Woro Singo. Sri Ratu menjalankan roda
pemerintahan berdasarkan atas hukum yang tinggi nilainya,maka tak mustahil
Negara tersebut masyhur di seluruh penjuru.` Sri
Ratu Woro Singo mempunyai seorang putra bernama pangeran Patahwan.Ia dikenal
sebagai putra raja yang tampan.sejalan dengan pemerintahan raja
tersebut,terdapat suatu kerajaan di daerah lain bernama Kalingga.Putri Kalingga
yang bernama Wahdi ingin negaranya sejajar dengan Wirotho.Negara Kalingga
terletak di daerah di daerah Purwodadi,Grobogan. Kehendak
Puteri Wahdi disampaikan kepada Ayahnda raja.mendengar keinginan putrinya
sungguh besar hati.setelah disbanding bandingkan dengan kerajaan lain,ternyata
banyak ketinggalan.sebetulnya Sang Raja menaruh hati pada Pangeran Patahwan. Raja
mengutus Patih Tambak Boyo meletakkan bokor mas berisi berlian permata di
daerah Wirotho.Jika benda itu dalam beberapa hari masih utuh dan tidak berubah tempatnya,maka
berita di daerah Wirotho tersebut memang benar,tetapi jika tidak,maka kabar
tersebut bohong. Suatu
hari,Patih Tambak Boyo melaksanakan perintah Raja Kalingga membawa sebuah bokor
kencana yang berisi emas permata ke sebuah jalan besar di kerajaan Wirotho. Berita peristiwa adanya bokor
yang ada di jalan itu walaupun ada bokor itu tidak ada yang bermaksud
mengambilnya. Dari
jauh tampak olehnya sebuah bokor yang berkilauan karena terkena cahaya
matahari.Beliau tidak bermaksud mengambilnya,tapi nasib buruk menimpanya,karena
terlalu silau.kudanya terkejut dan berlari dengan cepat.kakinya menyentuh bokor
tersebut,sehingga bokor tersebut bergeser dari tempatnya. Pangeran
Patahwan tidak dapat mengelak dan menyerahkan diri untuk dihukum oleh sang
Raja.maka kakinya pun dipotong.semenjak kakinya dipotong,ia menjadi rajin
berdoa.sampai akhirnya ia melanjutkan perjalanannya ke gunung Butak.ditempat
itu sang pangeran merasakan ketenangan hidup,beliau selalu berdoa,agar kakinya
sembuh. Sampai
akhirnya,kaki nya pun sembuh.maka ia kembali ke tempat istirahat di gunung
Butak.berjalan kea rah barat,akhirnya dukuh itu bernama Jiwan.perjalanan ke
selatan orang orang paras mukanya polos seperti peri.maka dukuh tersebut
dinamakan peren,sampailah di dukuh yang tidak terlalu besar,kemudian singgah
disitulah didirikan suatu kerajaan Sang Patahan menjadi Raja bergelar Prabu
Jaka,kerajaan bernama Kerajaan Jimbun. Kemashyuran Raja Jimbun
kemudian terdengar oleh Putri Wahdi yang ingin menjadi permaisuri Raja
Jimbun.Putri Keling ingin sekali mencarinya. Perjalanan Putri Keling
dikawal oleh beberapa prajurit.dan patih tambak Baya dan abdi yang setia yaitu
Poleng dan Remeng.Sang putrid berpakaian mewah dengan perhiasan kalung gelang
dari emas. Sampai
di Jimbun,ia mohon ijin untuk dapat masuk ke istana untuk menemui Prabu Jaka.ia
seorang Wanita tak layak mengutarakan cintanya pada Raja.betapa bingung,prabu
Jimbun yang masih muda,tampan, Kedatangan
Putri Keling diterima dengan hati senang dan terbuka oleh Sang Prabu.sampai
akhirnya,putrid Keling pun bunuh diri di hadapan Sang Prabu Jimbun.namun
sebelum bunuh diri ,semua perhiasan yang dipakai dilempar kea rah
timur.akhirnya menjadi gunung kapur.(batu gamping) Abdinya,poleng
dan remeng marah.akhirnya bersabda”engkau berdua tidak tahu malu seperti
bulus”karena sakit hatinya sang Prabu,kedua orang itu berubah menjadi bulus
poleng dan remeng.mereka mengakui kesalahannya,mohon tempat tinggal dan makanan
ketupat.raja menancapkan tongkatnya ke tanah,maka timbullah mata air,dan
tongkat tersebut berubah menjadi pohon Randu alas.Raja Jimbun bersabda,agar
kedua bulus bertempat tinggal di sendang itu,kelak dikemudian hari banyak orang
yang mengunjungi dan memberinya makan. Itulah
sejarah dari adanya sendang Bulus Jimbung,tetapi pada bulan Maret tahun
lalu,2009,bulus tersebut mati,sempat dibawa ke Rumah sakit Soeradji
Tirtonegoro,tetapi sudah terlanjur mati,dan akhirnya di larung ke pantai parang
kusumo.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »