GUNUNG TIDAR

07:52
Gunung tidar, pakunya tanah jawa

Gunung tidar memang tidak seheboh dengan gunung merapi yang saat saat tertentu membahayakan penduduk dilerengnya seperti desa kinahrejo beberapa waktu yang lalu.
Namun gunung yang berada ditengah kota magelang tersebut disalah satu lerengnya merupakan kawah candradimuka bagi Akademi Militer yang mencetak perwira perwira pejuang sapta marga yang berdiri pada 11 Nopember 1957. Di Akademi militer ini pula terdapat museum taruna Abdul jalil yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan sebagai pendukung pendidikan di Akademi militer tersebut.
Gunung tidar yang berada pada ketinggian 503 meter dari permukaan laut inipun dalam legenda dikenal dengan pakunya pulau jawa dan memiliki sejarah yang berkaitan dengan perjuangan bangsa indonesia. Menurut cerita yang ada konon gunung tidar tidak ada yang berani mendatangi kawasan ini karena tempat ini ditunggu oleh jin dan setan yang dipimpin oleh kiai semar namun buka semar punokawan yang di maksud di cerita ini.
Setiap ada orang yang berniat untuk tinggal di gunung tidar ini maka kiai semar akan mengutus anak buahnya yang berupa raksasa raksasa untuk memangsanya.
Namun setelah syaikh subakir berhasil menaklukkan gunung tidar yang pertama kali dengan mengalahkan jin penunggu gunung tidar maka keberadaan gunung tidar mulai banyak dikunjungi orang.

Syaikh Subakir merupakan orang yang berasal dari Persia ada yang bilang dari Turki yang datang bersama syaikh Jangkung untuk menyebarkan agama islam. Sampai akhir hayatnya syaikh Subakir berada di gunung tidar, dan makamnya dapat kita jumpai di atas gunung tidar tersebut yang hingga saat ini sebagai tempat ziarah kubur menjelang bulan ramadhan tiba.
Selain makam syaikh Subakir ada makam yang panjangnya 7 meter yang merupakan makam Kyai Sepanjang, Kyai Sepnjang merupakan tombak dari Syaikh Subakir untuk mengalahkan para Jin Gunung tidar.
Untuk mencapai puncak tidar tidak dibutuhkan waktu yang lama hanya sekitar 30 menit, dengan keberadaannya yang masih alami terdapat pohon pohon pinus dan tanaman buah buahan tahunan seperti salak hasil penghijauan era tahun 1960 yang menjadikan gunung tidur semakin hijau.
Dipuncak gunung tidar terdapat lapangan yang luas danditengah lapangan tersebut terdapat Tugu dengan simbol So dalam huruf jawa dalam tiga sisinya dan menurut juru kunci hal itu berarti Sopo Salah Seleh atau kurang lebih artinya siapa yang bersalah sebaiknya mengakui kesalahannya. Tugu inilah yang disebut sebagai pakunya tanah jawa yang membuat keberadaan tanah jawa tetap tenang dan aman.
Kisah Lain Syekh Subakir atau Syech Subakir atau Syaikh Subakir.
Syahdan, dahulu kala Tanah Jawa ini masih berupa hutan belantara yang tiada seorangpun berani tinggal di sana. Sebagian besar wilayah Jawa ini dahulu masih dikuasai berbagai makhluk halus. Konon Tanah Jawa yang dikelilingi laut ini bak perahu yang mudah oleng oleh ombak laut yang besar. Maka melihat itu para dewata segera mencari cara untuk mengatasinya.
Maka berkumpullah para dewa untuk membahas persoalan Tanah Jawa yang tidak pernah tenang oleh hantaman ombak itu. Diutuslah sejumlah dewa untuk tugas menenangkan pulau ini.
Mereka membawa sejumlah bala tentara menuju Pulau Jawa sebelah barat. Namun, tiba-tiba Pulau Jawa kembali oleng dan berat sebelah karena para dewa dan bala tentara hanya menempati wilayah barat. Agar seimbang, sebagian dikirim ke timur. Namun usaha ini tetap gagal.
Melihat kenyataan itu maka para dewa sibuk mencari jalan pemecahan. Setelah beberapa waktu berembug, maka didapatkanlah sebuah ide cemerlang. Mau tak mau para dewa harus menciptakan sebuah paku raksasa, dan paku itu akan ditancapkan di pusat Tanah Jawa, yaitu titik tengah yang dapat menjadikan Pulau Jawa seimbang.
Paku raksasa yang ditancapkan itu konon dipercaya sebagian masyarakat sebagai Gunung Tidar. Dan setelah paku raksasa itu ditancapkan, Pulau Jawa menjadi tenang dari hantaman ombak.
Menurut kepercayaan sebagian masyarakat, Gunung Tidar pada mulanya hanya ditinggali oleh para jin dan setan yang konon dipimpin oleh salah satu jin bernama Kiai Semar.

Kiai Semar tidak sama dengan tokoh Semar dalam dunia pewayangan. Kiai Semar yang menguasai Gunung Tidar ini konon jin sakti yang terkenal seram. Setiap ada manusia yang mencoba untuk tinggal di sekitar Gunung Tidar, maka tak segan Kiai Semar mengutus anak buahnya yang berupa raksasa-raksasa dan genderuwo untuk memangsanya.
Alkisah, datanglah seorang manusia yang terkenal berani untuk mencoba membuka wilayah Tidar untuk ditinggali. Ksatria berani ini berasal dari tanah jauh. Konon ia berasal dari negeri Persia, bernama Syekh Bakir dan ditemani Syekh Jangkung. Kedua syekh ini disertai juga oleh tujuh pasang manusia, dengan harapan dapat mengembangkan masyarakat yang kelak mendiami wilayah itu.
Mendengar kabar itu, Kiai Semar murka. Diseranglah mereka oleh anak buah Kiai Semar, dan tiada seorangpun yang selamat kecuali Syekh Bakir yang sakti, soleh, dan sabar. Setelah bertapa selama 40 hari 40 malam, ia bertemu dengan Kiai Semar.
“Hei, Ki Sanak, berani benar kau berada di wilayah kekuasaanku tanpa permisi. Siapakah engkau dan apa maumu berada di wilayah ini,” kata Kiai Semar.
“Duh penguasa wilayah Tidar, ketahuilah olehmu bahwa namaku Syekh Bakir, asalku dari negeri Persia nun jauh di sana. Adapun kedatanganku kemari untuk membuka tempat dan aku akan tinggal di sini bersama saudara dan sahabatku,” jawab Syekh Bakir dengan tenang.
“Adakah kau tahu bahwa daerah ini adalah daerah kekuasaanku? Siapapun tak boleh tinggal di sini. Jika tiada peduli, maka akau akan mengutus anak buahku untuk menumpas kalian tanpa sisa.”
“Hai engkau yang mengaku sebagai penguasa Gunung Tidar, tidakkah kau tahu bahwa tiada yang dapat melebihi kekuasaan Allah? Allah menciptakan manusia untuk menjaga dan memelihara alam semesta ini, bukan untuk menguasainya secara semena-mena,” kata Syekh Bakir.

“Hei manusia, sebelum kemarahanku memuncak, tinggalkan tempat ini! Ketahuilah bahwa tempat ini sudah menjadi milikku, dan jangan mencoba merampasnya.” Syekh Bakir terdiam.
Mendengar ancaman Kiai Semar, ia lalu mengalah. Tetapi bukan berarti ia menyerah kalah. Tetapi sebaliknya Syekh Bakir hendak menyiapkan diri lebih baik untuk mengalahkan Kiai Semar dan bala tentaranya.

Sesampai di negerinya, ia mengambil sebuah tombak sakti yang bernama Kiai Panjang. Selain itu, iapun menyiapkan lebih banyak lagi manusia yang akan diajak serta untuk membuka tempat tinggal baru di Tidar.
Sesampai kembali di Tidar, berpasang-pasang manusia yang diajak serta oleh Syekh Bakir tinggal lebih dulu di daerah sebelah timur Gunung Tidar yang sekarang dikenal dengan nama desa Trunan.
Konon desa itu berasal dari makna “turunan”. Ada yang mengatakan arti dari turunan itu adalah keturunan, tetapi ada yang menganggapnya sebagai daerah pertama kali sahabat-sahabat Syekh Bakir diturunkan dan tinggal di tempat itu untuk sementara waktu.
Setelah itu Syekh Bakir berangkat sendiri ke puncak Gunung Tidar untuk bersemadi. Tombak pusaka sakti Syekh Bakir ditancapkan tepat di puncak Tidar sebagai penolak bala. Dan benar, tombak sakti itu menciptakan hawa panas yang bukan main bagi Kiai Semar dan wadyabalanya.

Merekapun lari tunggang langgang meninggalkan Gunung Tidar. Kiai Semar mati dan sebagian tentaranya melarikan diri ke timur dan konon hingga sekarang menempati daerah Gunung Merapi yang masih dipercaya sebagian masyarakat sebagai wilayah yang angker. Bahkan sebagian lagi anak buah Kiai Semar ada yang melarikan diri ke alas Roban, bahkan ke Gunung Srandil. Tombak itu sekarang masih dijaga oleh masyarakat dan dimakamkan di puncak Gunung Tidar dengan nama Makam Tombak Kiai Panjang.
Dengan adanya tombak sakti itu, maka amanlah Gunung Tidar dari kekuasaan para jin dan makhluk halus. Syekh Bakirpun akhirnya memboyong sahabat-sahabatnya untuk membuka tempat tinggal baru di Gunung Tidar dan sekitarnya
ASAL NAMA TIDAR
Asal muasal nama Tidar sendiri banyak versi. Ada salah satu versi yang menyebutkan bahwa nama itu berasal dari kata “Mati dan Modar”. Jadi karena angkernya Gunung Tidar waktu dulu, maka kalau ada orang mendatangi gunung tersebut kalau tidak Mati ya Modar.
SITUS MAKAM GUNUNG TIDAR
Hanya butuh waktu kurang dari 30 menit untuk sampai di puncak Tidar. Secara umum, Gunung Tidar memang masih cukup alami. Banyak tanaman pinus dan tanaman buah-buahan tahunan seperti salak hasil penghijauan era tahun 1960an menjadikan Gunung Tidar sangat rimbun.
Beberapa saat menapaki jalanan setapak pendakian kita akan bertemu dengan Makam Syaikh Subakir.
Tidak jauh dari Makam Syaikh Subakir, kita akan berjumpa dengan sebuah makam yang panjangnya mencapai 7 meter. Itulah Makam Kyai Sepanjang. Kyai Sepanjang bukanlah sesosok alim ulama, namun adalah nama tombak yang dibawa dan dipergunakan oleh Syaikh Subakir mengalahkan jin penunggu Gunung Tidar kala itu.
Situs makam terakhir yang kita jumpai sewaktu mendaki Gunung Tidar adalah Makam Kyai Semar. Namun menurut beberapa versi ini bukanlah makam kyai Semar yang ada dalam pewayangan. Tetapi Kyai Semar, jin penunggu Gunung Tidar waktu itu. Meski demikian banyak yang percaya ini memang makam Kyai Semar yang ada dalam pewayangan itu. Dan mana yang benar, adalah tinggal kita mau mempercayai yang mana.
PAKU TANAH JAWA
Di puncak Gunung Tidar ada lapangan yang cukup luas. Di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah Tugu dengan simbol huruf Sa (dibaca seperti pada kata Solok) dalam tulisan Jawa pada tiga sisinya. Menurut penuturan juru kunci, itu bermakna Sapa Salah Seleh (Siapa Salah Ketahuan Salahnya). Tugu inilah yang dipercaya sebagian orang sebagai Pakunya Tanah Jawa, yang membuat tanah Jawa tetap tenang dan aman.

Versi lain yang masih selaras dengan kisah diatas :
Syekh Subakir, sangat berjasa dalam menumbali tanah Jawa, ”Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, Sudah beberapa kali utusan dari Negeri Arab, untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya tapi telah gagal secara makro.
Disebabkan orang-orang Jawa pada waktu itu masih kokoh memegang kepercayaan lama. Dengan tokoh-tokoh gaibnya masih sangat menguasai bumi dan laut di sekitar P Jawa.
Para ulama yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam mendapat halangan yang sangat berat, meskipun berkembang tetapi hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas. Secara makro dapat dikatakan gagal.
Maka diutuslah Syekh Subakir dan Syekh Jangkung untuk menyebarkan agama Islam dengan membawa batu hitam dan tombak Kyai Sepanjang yang dipasang oleh Syekh Subakir, untuk tanah Jawa diletakkan di tengah-tengahnya yaitu di gunung Tidar .
Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam dan tombaknya menimbulkan gejolak, mengamuklah para mahluk : Jin, setan dan mahluk halus lainnya. Syekh Subakir lah yang mampu meredam amukan dari mereka. Akan tetapi mereka sesumbar dengan berkata:
“ Walaupun kamu sudah mampu meredam amukan kami, kamu dapat mengembangkan agama Islam di tanah Jawa, tetapi Kodratullah tetap masih berlaku atas ku, ingat itu wahai Syeh Subakir.” “Apa itu?” kata Syekh Subakir. Kata Jin, “Aku masih dibolehkan untuk menggoda manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih lemah”.
Syekh Subakir berasal dari Iran ( dalam riwayat lain Syekh Subakir berasal dari Turki Rum). Syekh Subakir diutus ke Tanah Jawa bersama-sama dengan Wali Songo Periode Pertama, yang diutus oleh Sultan Muhammad I dari Istambul, Turkey, untuk berdakwah di pulau Jawa pada tahun 1404, mereka diantaranya:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat.

CERITA LAIN GUNUNG TIDAR SEBAGAI PAKU BUMI PULAU JAWA
SEJARAH SYEKH SUBAKIR

Beliau adalah SYEKH TAMBUH ALY BEN SYEKHBAQIR (SYEKH SUBAKIR) bin Abdulloh bin Aly bin Ahmad bin Aly bin Ahmad bin Abdulloh bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Aly bin Abubakar bin Salman bin Hasyim bin Ahmad bin Badrudin bin Barkatulloh bin Syafiq bin Badrudin bin Omar bin Aly bin Salman Alfarisiy Asshohabi Rodliyallohu anhu waanhum ajmain.
Keberadaan daerah Magelang terbungkus oleh berbagai legenda. Salah satu dongeng yang hidup dikalangan rakyat mengisahkan --sebagaimana dikisahkan M. Bambang Pranowo (2002)-- bahwa pada zaman dahulu kala, ketika Pulau Jawa baru saja diciptakan oleh Sang Maha Pencipta dalam bentuk tanah yang terapung-apung di lautan luas; tanah tersebut senantiasa bergerak kesana kemari. Seorang dewa kemudian diutus turun dari kahyangan untuk memaku tanah tersebut agar berhenti bergerak. Kepala dari paku yang digunakan untuk memaku Pulau Jawa tersebut akhirnya menjadi sebuah gunung yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tidar. Gunung yang terletak di pinggir selatan kota Magelang yang kebetulan berada tepat dibagian tengah Pulau Jawa tersebut memang berbentuk kepala paku; karena itu gunung Tidar dikenal luas sebagai “pakuning tanah jawa”.
Dongeng lain yang tentunya diciptakan setelah masuknya Islam mengisahkan bahwa pada zaman dahulu daerah ini merupakan kerajaan jin yang diperintah oleh dua raksasa. Syekh Subakir, seorang penyebar agama Islam, datang ke daerah ini untuk berdakwah. Tidak rela atas kedatangan Syekh tersebut terjadilah perkelahian antara raja Jin melawan sang Syekh. Ternyata Raja Jin dapat dikalahkan oleh Syekh Subakir. Raja Jin dan istrinya kemudian melarikan diri ke Laut Selatan bergabung dengan Nyai Rara Kidul yang merajai laut Selatan. Sebelum lari Raja Jin bersumpah akan kembali ke Gunung Tidar kecuali rakyat didaerah ini rela menjadi pengikut Syekh Subakir.
Makam belliau berada di Gunung Tidar Magelang......
Gunung Tidar Magelang
Tidak banyak daerah di Indonesia yang memiliki gunung di tengah kota. Salah satunya adalah Kota Magelang. Gunung Tidar yang berada di ketinggian 503 meter diatas permukaan laut terlihat menjulang dari segala penjuru kota. Vegetasi pinus, cemara dan salak hasil reboisasi tahun 60-an sangat lebat, sehingga menjadikan Gunung Tidar sebagai paru-paru kota penyerap polutan. Oleh sebab itulah Kota Magelang berhawa sejuk, selain karena letaknya yang berada diantara 5 gunung. Tinggal dikota ini adalah berkah tersendiri, terlebih dimasa sekarang ini.
Wisata Ziarah
Dibalik lebatnya Gunung Tidar ternyata terdapat beberapa situs dan makam. Sebelum sampai di puncak, terdapat makam Syech Subakir seorang ulama dari Turki yang berhasil menaklukkan Gunung Tidar dan kemudian penyebar agama islam di Magelang. Makam ini ditemukan oleh Alm KH Ahmad Abdul Haq Dalhar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Mad, pengasuh pondok pesantren Darussalam Watucongol Muntilan. Konon sebelum ditemukan, makam ini tertutup semak belukar Gunung Tidar. Mbah Mad, terkenal dikaruniai kemampuan menemukan makam-makam para wali yang tadinya tersembunyi atau dianggap makam biasa oleh masyarakat. Sejak ditemukan dan direnovasi makam Syech Subakir ini ramai didatangi oleh para peziarah dari berbagai daerah.
Tak jauh dari makam Syech Subakir setelah berjalan menyusuri jalan setapak yang sudah di paving, terdapat sebuah cungkup panjang. Konon katanya, yang dimakamkan disitu adalah tombak pusaka Syekh Subakir kala berperang manklukkan raja Jin penguasa Gunung Tidar,Kiai Semar zaman dahulu. Bentuk nisan makamnya tidak lazim. Panjangnya mencapai 7 meter dengan lebar 1 meter. Saat ini semua sudah dikeramik,bersih. Kadang ada juga orang yang terlihat khusyu berdiam di depan cungkup ini. Entah sedang apa.
Makam Kyai Sepanjang Gunung Tidar

Makam Kyai Sepanjang di Gunung Tidar
Melangkahkan kaki beberapa meter keatas, sampailah kita di lapangan luas yang merupakan puncak Gunung Tidar. Berdiri kokoh monumen Akademi Militer yang menjulang tinggi. Monumen ini sekaligus sebagai penanda bahwa Gunung Tidar masih merupakan kawasan AKMIL. Lapangan ini juga digunakan sebagai tempat para Taruna AKMIL melaksanakan salah satu prosesi tahunannya. Di tengah-tengah lapangan terdapat sebuah tugu kecil dengan ornamen tulisan jawa yang dikelilingi pagar besi. Terkadang ada canang, sesajen, dupa dan kemenyan yang dibakar dibawah tugu ini din hari-hari tertentu. Menurut legenda dan cerita masyarakat sekitar, tugu inilah yang secara kosmik menjadi simbol pakunya Pulau Jawa. Energi supranatural begitu kuat terpancar disini. (katanya sih).
Di sisi timur lapangan puncak Gunung Tidar, terdapat sebuah pohon beringin besar. Sulur-sulur akar nafasnya menjuntai kebawah, salah satu indikasi usia pohon ini mungkin sudah ratusan tahun. Dibawah pohon ini terdapat sebuah nisan marmer kecil bertuliskan Petilasan Pangeran Purbaya. Konon dulu tempat ini pernah digunakan sebagai tempat bertapa Pangeran Purboyo.
Makam Kyai Semar / Kyai Ismoyo – Gunung Tidar
Situs makam yang lain berada di puncak Tidar sisi tenggara. Cungkup makam Kiai Semar berbentuk kerucut berwarna kuning, mirip tumpeng raksasa. Dililit ornamen patung naga di keempat sisinya, membuat makam Kiai Semar seolah memancarkan aura tersendiri. Ada yang meyakini disinilah petilasan Kiai Semar Jin penguasa Gunung Tidar. Namun ada juga yang meyakini makam ini adalah makam tokoh Semar yang ada dalam pewayangan. Gerbangnya terkunci rapat. Hanya dibuka pada waktu tertentu oleh sang juru kunci. Namun terlepas dari apa dan siapa yang ada di situs ini, yang jelas dari spot inilah kita bisa menikmati indahnya sunrise yang muncul dari balik Gunung Merapi & Merbabu.
Wisata Olah Raga
Jalur Pendakian Gunung Tidar

Dibalik legenda dan cerita-cerita mistis yang beredar mengenai Gunung Tidar, Masyarakat Magelang biasa memanfaatkan gunung tidar untuk kegiatan olah raga. Jalur trekking yang cukup menantang memberikan sensasi tersendiri. Ratusan anak tangga siap untuk didaki. Sudut elevasi jalur pendakian pun beragam, ada bagian yang menanjak ada juga yang landai. Suplai oksigen terasa sangat melimpah karena hasil oksidasi cemara dan pinus yang tumbuh rimbun menjulang. Apabila mendaki Gunung Tidar dengan santai, cukup dibutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di puncak. Waktu yang paling tepat untuk trekking disini adalah pagi hari. Selain untuk jalur trekking, di lapangan atas bisa juga untuk sepakbola, futsal ataupun latihan beladiri. Dijamin sehat dan fresh!! Kalau mau olahraga sekalian dapat pahala, pas turun bukit, sambil memungut sampah plastik yang biasanya berserakan di sekitar jalur pendakian. Di bawah, ada bak sampah besar yang biasa digunakan untuk menampung sampah-sampah tersebut. Badan sehat, lingkungan bersih. Let’s Go Green !!
Pada jaman kolonial Belanda, Bukit Tidar tenggelam dari cerita. Belum ditemukan cerita yang mengisahkan tentang bukit Tidar. Baru pada jaman Periode Perjuangan Fisik (1945-1950) , Bukit Tidar dijadikan tonggak keberhasilan pemuda setempat untuk mengukir kemenangan atas pen”duduk”an wilayah Magelang pada 25 September 1945. Berawal dari satu hari sebelumnya terjadi peristiwa penyobekan plakat Merah Putih di Hotel Nitaka dan gagalnya kesepakatan, kemudian berlanjut pada pagi harinya pelajar bersama-sama rakyat berduyun-duyun naik ke bukit Tidar dan dilakukan upacara disertai pengibaran bendera Merah Putih di puncak Bukit Tidar.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »