SAWUNGGALING .

07:55

SAWUNGGALING .. 

Legenda Sawunggaling 
Sebuah kisah menyatakan diwaktu Tumenggung Jayengrono berburu hewan di kawasan Lidah Danawati berjumpa bersama perawan kece putera Demang Suruh yg sedang mencuci pakaian di rawa Wiyung yg bernawa dewi sangkrah. Sebenarnya Tumenggung Jayengrono yg telah memiliki dua putra yg bernama Sawungrono & Sawungsari itusangatlah menyimpan hati terhadap perawan yg sedang mencuci pakaian tersebut…… setelah itu dua orang laki-laki perempuan itu nyata-nyatanya bagai gayung bersambut & setelah itu lakukan interaksi perkawinan, hingga Dewi Sangkrah hamil, setelah itu dewi sangkrah dikasih kain (cindhe) puspita sbg pertanda nanti kalaanaknya lahir, selanjutnya adipati Jayengrono kembali ke Kadipaten Surabaya meninggalkan Dewi Sangkrah yg sedang mengandung. 
Lahirnya sang bayi lelaki bersamaan dgn rawa Wiyung kejatuhan Ndaru (bintang) yg menyebabkan ikan ikan mati “berek” seluruh, oleh makanya bayi lelaki itu disebut dgnnama Jaka Berek 
Kala Jaka Berek remaja (namun belum mengetahui hal orang lanjut umur lelakinya) memiliki peliharaan ayam Jago yg senantiasa menang dalam tiap-tiap aduan, setelah itu terhadap satu peluang dirinya tanya terhadap ibunya menyangkut siapa sejatinya bapaknya… setelah itu sebab telah dianggap pass umur sehingga dijelasakna lah oleh sang ibu “ sebenarnya bapakmu yakni adipati di Surabaya yg bernama Jayengrono”. Selanjutnya si jaka berek memeohon di ijinkan utk mencari bapaknya, seterusnyaibunya memberikan cindhe (kain) Puspita yang merupakan tanda restu nya terhadap jaka Berek, selanjutnya berangkatlah Jaka Berek ke pusat kadipaten Surabaya dgnmengambil cindhe Puspita & ayam peliharaannya. 
Tidak Sedikit sekali si Jaka Berek menemui permasalahan & kesusahan dalam perjalananya, namun akibat niat yg kuat & kenyataan cindhe Puspita hasilnya si Jaka Berekmampu menemuhi ayahnda nya merupakan Tumenggung Jayengrono, selanjutnya sang Ayahndanya pula memberikan nama baru buat si Jaka Berek nama itu merupakan“Sawunggaling”. 
Tumenggung Jayengrono termasuk juga orang yg tak menyukai hubungan kerja terhadapa orang orang Belanda. Oleh karena itu belanda tidak jarang menggergotibagaimanakah kedudukan sang Tumenggung goyah, oleh maka dari itu Belanda menciptakan sayembara siapa yg sanggup bergerak/bertarung menjaga suatu garis sambil memanah umbul umbul di tengah arena lapang bakal diangkat jadi Tumenggung di Surabaya, Tumenggung Jayengrono menyiapkan dua anak nya yg bernama Sawungrono& Sawungsari buat mengikuti sayembara itu 
Kala Belanda menciptakan pertandingan siapa dapat memanah umbul umbul kebesaran di alun alun Surabaya bakal jadi pemilik Kadipaten Surabaya. Nah Adipati Surabaya sendiri tahu bahwa ini hanya akal akalan Belanda utk menjajah dengan cara tidak cepat Kadipaten Surabaya. Dikarenakan kalau hingga matahari terbenam tiada yg suksesmemanah umbul umbul sehingga Kadipaten Surabaya jatuh jadi milik belanda. 
Alhasil, putra Adipati juga sebagai anak tirinya di desa sejak mulai beranjak dewasa & menanyakan di mana bapaknya terhadap ibunya. Anak ini bertampang tidak baik &bermental bloon. Senantiasa menamakan beliau Reang, memanggil dia juga sebagai Wong Reang. Anak ini disebut Jaka Berek, ahirnya sang ibu berbicara bahwa bapaknya itu ialah Adipati Surabaya. sehingga berangkatlah sang anak ini ke Kadipaten Surabaya. 
Sesampainya disana pasti saja pengakuannya juga sebagai anak Adipati menciptakan geger keluarga Kadipaten & terjadilah bentrok dgn pasukan Kadipaten, & serta anak-anak dari istri Adipati yg sah. Bentrok dimenangkan oleh Jaka Berek. Sesudah mengobrak abrik Kadipaten & tidak menemukan sang ayah Jaka Berek masygul, untung adayg bicara bahwa Adipati sedang menghadiri upacara sayembara memanah umbul umbul di alun alun Kadipaten. 
Jaka Berek datang & menciptakan kegegeran disana, bahkan sang ayah Adipati Surabaya (entah Jayengrana / Jayeng Puspita) yg tak mengakui sang anak mesti kalah takluk oleh kesaktian Jaka Berek. Hingga ahirnya sang ayah benar benar mengakui bahwa itu ialah anaknya yg lalu ditinggalkan di desa. mengetahui ayahnya mengakuinyayang merupakan anak gembiralah Jaka Berek. 
Dulu Jaka Berek mengetahui bahwa ayahnya sedang murung, sehingga bertanyalah beliausesudah mengetahui bahwa kemurungan ayahnya akibat dari masalah sayembara sehingga Jaka Berek juga bersedia maju utk mengikuti perlombaan. Rupanya keinginannya dihalang-halangi saudaranya yg bersekutu dgn wakil Sunan Mataram. Ahirnya bersama bermacam macam argumen sehingga Jaka Berek dilarang ikut lomba. Untunglah Cakraningrat Bupati Madura yg hadir sbg pengawas sayembara itu mempertaruhkan posisinya demi ikutnya Jaka Berek dalam sayembara itu. 
Lantaran itu Jaka Berek amat sangat hormat pada Cakraningrat, dirinya bersujud & minta doa restu. terhadap ayahnya dirinya pun minta doa restu, & dipanahlah umbul umbul itu hingga jatuh & menjelang matahari terbenam sayembara itu terpecahkan. &, Jaka Berek memenangkannya. Kadipaten Surabaya jadi miliknya. Saudara-saudaranya tetap pun belum sadar & terkena hasutan wakil Sunan Belanda, mereka bekerjasama menyerang Kadipaten. 
Argumen yg diperlukan ialah tidak patut anak bloon, & kampungan seperti Jaka Berek jadi Adipati. Sehingga diwaktu itu Jaka Berek meminta restu dari Cakraningrat, &ayahnya selanjutnya ia menjelma jadi seseorang pemuda gagah yg setelah itu bergelar Sawunggaling. 
Pemerintah Belanda tak menyetujui seandainya sang Sawunggaling menjabat Tumenggung, oleh karena itu Belanda menciptakan peraturan lagi dgn disuruhlah sang Sawunggaling membabat Hutan Nambas Kalingan yg ternama menakutkan. Nyatanya pekerjaan itu dilaksanakan dgn hasil mengagumkanBakal tapi faktor itu belum memuaskan dari Belanda, Belanda coba bermacam macam macam tipu muslihat. Dgn mengadakan perayaan kemenangan sang Sawunggaling, di pesta tersebut minum sang Sawunggaling dicampuri racun oleh Belanda dapat namun untungnya ada adipati Cakraningrat dari Madura yg menampel gelas lokasi minum dari sang Sawunggaling akibatnya minuan itu tertumpah. Kepada awalnya sang Sawunggaling geram bersama perlakuan adipati Cakraningrat, namun sesudah dijelaskan duduk permasalahannyasehingga sang Sawunggaling merasa berterimakasih terhadap adipati Cakraningrat 
dibawah Sawunggaling Kadipaten Surabaya sukses memukul mundur Jendral De Boor wakil penguasa Belanda & tentara Belanda dari wilayah Surabaya. 
Narasi RAKYAT : 
Sawunggaling nyatanya serta ada di Lidah Wetan, jaraknya benar-benar tak lebih dua km dari Wiyung, tetapi sosok legendaris ini mempunyai narasi hidup yg tidak serupajauh di mata penduduk Lidah Wetan dibanding penduduk Wiyung. 
Bila di Wiyung mengklaim makam Sawunggaling di kampungnya, di Lidah Wetan pula tak ingin kalah. Satu Buah kompleks pemakaman kuno di daerah ini diyakini sbgmakam Sawunggaling & kerabatnya. 
Ada lima batu nisan di kompleks ini. Yg perdana makam Sawunggaling, empat yang lain bertuliskan Raden Ayu Dewi Sangkrah (Ibu Sawunggaling. Mbah Buyut Suruh (neneknya). Raden Karyosentono (kakeknya). Raden Ayu Pandansari. Siapa Pandansari? masihlah simpang siur 
Ada yg percaya ia mahluk yg mengawal Sawunggaling. Puteri kesayangan raja jin penguasa hutan Lidah & Wiyung diwaktu itu masihlah belantara. Tetapi ada masyarakat ygmenduga pandansari yaitu istri Sawunggaling. Padahal kisah yg dikenal sampai kini menyebut Sawunggaling bujangan hingga akhir hayatnya. 
Seseorang ningrat Mataram Raden Ayu Dewi Sangkrah yg minggat dari keraton diangkat anak oleh sesepuh tradisi Lidah Karyosentono & Buyut Suruh. Perawan ygdigambarkan menawan ini pernah menarik perhatian raja Surabaya, Jayengrono yg menyukai berburu di kawasan ini. 
Kisah perkenalan, sampai perkawinan ini sama bersama version Wiyung, Tapi di version Lidah dijelaskan kalau Jayengrono pernah berpesan terhadap Sangkrah jikalaunanti Sawunggaling dewasa, beritahu bila ayahnya merupakan Jayengrono, penguasa kerajaan Surabaya. Sang Raja meninggalkan selendang yg dikenal bersama sebutan cinde. Kain inilah yg dapat jadi penghantar Sawunggaling dewasa menemui ayahnya. nanti
Singkat narasi, Dewi yg telah nikah lagi & dikaruniai dua anak mesti terhubung rahasia selagi belasan th saat Sawunggaling berpamitan mau merantau ke kota kerajaan Surabaya. Sawunggaling berniat bertolak dengan kakek angkatnya Karyosentono ke keraton. Upaya penggagalan konsep Sawunggaling itu pula dilakukan dua adik tirinya, Sawungrono & Sawungsari. 
Perjalanan melelahkan menembus hutan itu hasilnya hingga ke kota kerajaan. Beliau mengubah namanya bersama sebutan Joko Berek dikarenakan nama Sawunggalingtelah dikenal juga sebagai jago adu ayam. Diduga ini juga sebagai upaya supaya beliau tak dikenal. 
Tetapi dikisahkan Sawunggaling nyata-nyatanya justru tak dapat masuk dalam tembok keraton walau mengambil cinde. Tak ada yg dapat meyakinkan penjagaan bersamasehelai kain yg dipindah lelaki ceking dari pedalaman Surabaya ini. 
Hingga sekian banyak lama beliau menggelandang. Jadi orang yg senang berkelahi, sosoknya kian populerhingga satu buah hri sang raja yg telah uzur berkeliling kerajaan. Sawunggaling berniat mencegatnya, tapi pernah pun dihalang-halangti. 
Tapi diwaktu sang raja sedang melalui menunggang gajah, & tiap-tiap orang di kota kerajaan menunduk, Sawunggaling malah memperlihatkan bkepala tegak, dai memancing perhatian, beliau setelah itu justru melempar cinde. Para pengawalpun sigap menangkap. 
"Saya dititipi kain ini oleh ibu," teriaknya. Sang raja sontak kaget serentak mogok & menemui anaknya. Ia memeluk haru. Seluruh bengong, pengawal serta begituTakada yg sanggup menghalangi jumpa Bpk anak yg belasan thn berpisah ini.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »